🌷 [34] Terlanjur Sayang

3.9K 161 12
                                    

Chapter 34: Terlanjur Sayang.

Jika, sudah terlanjur sayang, maka akan terlalu sulit untuk melepaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika, sudah terlanjur sayang, maka akan terlalu sulit untuk melepaskan.

-Raquilla-
•••

Raqa, jarang mengingat, kapan terakhir kali ia tersenyum dalam beberapa bulan ini, yang pasti, pagi ini berbeda. Penyebabnya tidak lain adalah Nabilla. Begitupun pada seragamnya hari ini, terlihat rapi, padahal kalau bukan Nabilla yang meminta. Mana mau Raqa melakukannya.

Dengan santai, cowok itu berjalan menyusuri koridor, tepatnya menuju kelas Nabilla. Kedua tangannya masuk ke saku celana. Bersiul, dan sesekali membenarkan tatanan rambutnya.

"Raqa harus rapi hari ini, seragamnya dimasukkin, kukunya jangan sampai panjang, kalo nggak, Nabilla nggak mau ke kantinnya barengan."

Raqa tertawa geli mengingat ucapan Nabilla, andai cewek itu tidak menolak berangkat dengannya, maka Raqa tidak perlu menahan tangannya untuk segera mengacak gemas rambut Nabilla.

Nabilla ingin berangkat bareng Damar, Raqa malas mempermasalahkan itu, dia yakin, Nabilla bukan seperti cewek lain. Jadilah, ia merasa tenang, namun tanpa diduga seseorang menarik kerahnya dari arah belakang, kemudian menghimpitkan tubuhnya ke dinding.

"Lu?" Raqa tersenyum kecut, bukannya malah takut. "Nggak ada kerjaan ngajak berantem gue pagi-pagi?"

"Gue nggak akan main tangan, peringatan gue cuma satu kali, lu nggak mungkin lupa soal perjanjian kita, Raq," ucap cowok itu.

Raqa memalingkan wajah, tidak suka. "Gue gak buat perjanjian apa pun sama lu. Jangan mengarang!"

"Mengarang? Lu yang pura-pura lupa. Gue bisa hadirin beberapa saksi," jawabnya, mengeratkan cengkraman pada kerah Raqa. "Seharusnya lu malu udah kemakan omongan sendiri. Lu pengecut! Keturunan Dinata!"

Bugh. Satu pukulan berhasil mendarat mengenai rahang Ragil. Rahang Raqa menggertak, amarahnya memuncak, kedua tangannya mencengkram kerah cowok itu kuat.

"Ternyata mulut lu sampah juga, kalo emang gue pengecut? Kenapa?! Lu nggak suka?! Buka mata lu lebar-lebar, lagi berhadapan dengan siapa lu sekarang?!" desis Raqa. Menatap Ragil tajam, seolah ingin memangsa cowok itu kapan saja. "Keturunan Dinata ini yang ngasih lu makan, Papa gue yang kasihani lu sampe bisa sekolah, kalo nggak, lu mungkin jadi gembel yang minta-minta di jalanan. Dasar nggak tahu balas budi! Anak jalanan!"

Bugh. Tentu, siapa yang tidak marah dikatai seperti itu? Ragil membalas, memberikan satu pukulan ke sudut bibir Raqa.

Raqa menyeka darah yang menetes dari bibirnya.

"Ini bukan soal balas budi, Raq! Ini soal Nabilla, lu harus berhenti mainin dia, atau nasibnya bakalan sama seperti Yura," jawab Ragil. Raqa tersenyum sinis. Ia memandang remeh pada Ragil.

RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang