🌷 [44] Kesempatan

2.7K 109 8
                                    

Cuss, up! Komen yg banyak dong WARNING! Part ini sedikit ekhem ekhem😁

Now Playing-Jaz-Luluh

Chapter 44: Kesempatan

Katanya, cinta itu buta, bahkan bisa menenggelamkan namanya fakta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Katanya, cinta itu buta, bahkan bisa menenggelamkan namanya fakta.

-Raquilla-
•••

Raqa hampir menjatuhkan air mata, kala Cathrine terus menceritakan bagaimana perasaan Yura padanya yang disimpan sejak lama.

"Sejak itu, gue selalu kasih semangat buat Yura supaya dia tetap perjuangin lu. Lu tau sendiri Yura itu orang lemah, mudah menyerah, dan dia...juga jauh dari keluarganya. Yura paling nggak suka kalo kita-kita bahas keluarganya, bahkan dia nggak anggap mereka ada. Yura minim kasih sayang, Raq. Dia iri sama adiknya yang selalu diperhatikan, gue rasa itu sih alasan Yura jadi cewek bar-bar," Cathrine membongkar semua isi hati Yura, yang cewek itu simpan hanya padanya.

"Sampai sekarang gue nggak tau siapa nama adiknya, gue penasaran banget padahal, Yura selalu ngelak saat gue tanyain itu, bukan adiknya doang, Kakak, Papa, Mama, Yura juga simpan identitas mereka. Dan nggak ada satu pun dari kita berenam yang tau," jelasnya lagi. Penuh kekecewaan.

Raqa menarik napasnya, menahan sesak di dada, ternyata banyak rahasia Yura yang belum ia ketahui bahkan setelah cewek itu tidak ada.

Awal hubungan mereka, bisa dikatakan sangat singkat, Raqa baru menyadari perasaannya setelah sekian lama. Meski, dari awal bertemu, Raqa tahu jika Yura menaruh perasaan padanya. Namun, Raqa sebaliknya, ia sangat membenci Yura karena sifat bar-bar cewek itu--sering keluar masuk club malam dan membolos saat jam pelajaran. Parahnya lagi, Raqa pernah kena hukuman akibat diajak bolos oleh cewek itu hingga mereka berakhir keliling lapangan.

Menyebalkan.

Akan tetapi, dari banyaknya hal-hal yang mereka lewati, perlahan Yura berhasil meluluhkan hati seorang Raqa--yang dulunya sedingin es menjadi sosok yang ceria.

Hujan semakin lebat ketika Raqa baru saja keluar dari supermarket malam itu. Satu tangannya membawa kantong plastik berlogo sementara satu tangan lainnya memegang payung. Beruntung, ia memarkir mobil tidak jauh dari sana.

Baru saja membuka pintu mobilnya, Raqa tak sengaja melihat seseorang berjalan di tengah derasnya hujan--tepat di trotoar jalan. Awalnya ia hanya acuh, tapi saat melihat lagi orang itu Raqa baru menyadari jika dia...wait! Yura?

Gadis berpakaian terbuka itu nampak kedinginan sambil memeluk lengannya sendiri. Raqa berdecak sebal, entah kenapa ia tidak tega melihat Yura seperti itu. Dibukanya lagi payung, kemudian menyebrang jalan sebelum Yura melangkah lebih jauh.

Gadis itu mendongak tepat ketika merasakan sebuah payung meneduhi kepalanya.

"Raqa?"

Raqa memutar bola mata dengan malas, ia meneliti pakaian Yura dari atas ke bawah, minim sekali. Dress merah sebatas paha dengan bagian bahu yang berlubang. Gila! Parahnya lagi, gadis itu tidak memakai alas kaki.

RaquillaWhere stories live. Discover now