🌷 [18] Gudang Petaka

3.7K 172 37
                                    

VOTE DAN KOMEN....

Chapter 18: Gudang Petaka

Nyaman bersama belum cukup mengatakan jika kamu suka dia.

-Raquilla-
•••

"Kak Raqa, isi kardusnya apa sih? Kenapa harus di bawa ke gudang segelap ini, kan Nabilla takuttt."

Nabilla merengek, saat pintu gudang itu terbuka, menampilkan ruangan yang gelap gulita. Hanya ada cahaya yang masuk melalui pintu yang mereka buka. Hal itu membuat ruangan terlihat kosong, padahal banyak barang atau arsip sekolah berserakan di sana. Lagi pula, ruangan ini tidak ada lampunya apa?

"Kalau lu takut, nggak usah ikut masuk," ucap Raqa.

Nabilla mengerecutkan bibir, ia tidak mau pisah dari Raqa meski sedetik saja. Sang Pembantu itu sudah masuk dengan langkah enteng.

Melirik ke kiri dan kanan, bulu kuduk Nabilla berdiri, sadar jika gudang ini terletak paling ujung, sepi, ngeri dan aura mistis lainnya seolah mengikuti. Nabilla pun masuk dengan hati-hati. Cahaya sangat temaram, hingga ia harus menggunakan tangan mencari keberadaan Raqa.

"Kak Raqa, Kakak dimana?" panggil Nabilla takut-takut, ia terus berjalan lurus. Entah, setelah masuk cowok itu hilangnya kemana. "Nabilla takut nih. Nabilla nggak suka gelap, Kak. Kak Raqa jangan becanda, ih, muncul dong."

Tidak ada jawaban, ketika merasakan perutnya mentok pada sebuah papan, Nabilla berhenti.

"Udah mentok, harus jalan kemana lagi? Nabilla takut malah kepentok setan, kata Bunda, kita nggak boleh jalan sendiri di kegelapan. Huwaa Bunda."

Kriettt.

Pintu mendadak tertutup, Nabilla tidak tahu lagi harus berbuat apa, saat melangkah mundur ia menabrak sesuatu hingga menimbulkan suara.

Melalui temaram cahaya, Nabilla mengenali jika benda itu...

Tengkorak kepala?

"Aaaaaaa. Nabilla takutttt. Hikss. Bunda tolongin akuuu." Nabilla menjerit, sembari berlari sekencang mungkin menuju pintu bersama tetesan air mata. "Pin-pintunya kok terkunci? Perasaan tadi enggak, huwaa gimana mau keluar? Hiks. Kalau aku minta tolong ada yang denger nggak, sih?!" gumam Nabilla. Satu tangannya menggerakan handle pintu berharap terbuka.

Setelah merapalkan berbagai macam doa, Nabilla berteriak. "To—aww." Sesuatu menarik kaki Nabilla hingga ia terjatuh.

"Si-siapa. Le-lepasin. Lepasin aku! Setan aaa. Bunda ada setan, lepasin nggak?! Ih. Ini setan apa manusia sih. Tarikannya kenceng banget," rengek Nabilla. Kakinya menendang-nendang berusaha melepaskan cengkraman itu.

Selama lima detik tidak ada perubahan, sampai akhirnya sinar dari ventilasi atas pintu menyinari wajah seseorang.

"Ka-Kak Raqa?" Nabilla berderai air mata. Langsung saja ia menghambur ke pelukan Raqa. "KAK RAQAA. KAKAK KEMANA AJA, SIH?! TADI ITU KAKI AKU DITARIK SAMA SETAN TAU. TAKUT. KAK RAQA MASUK LEWAT MANA, KAN PINTUNYA—"

"Shtt," Raqa menempelkan telunjuknya ke bibir Nabilla. "Berisik banget sih lu. Gue dari tadi di sini aja."

"Di sini aja?" tanya Nabilla tidak percaya. Ia mengurai pelukan. "Terus kenapa Kak Raqa nggak nolongin aku, ih?"

Raquillaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن