🌷[14] An Innocent Mask

4.6K 195 17
                                    

VOTE DAN KOMEN....

Chapter 14:  An Innocent Mask (Topeng Lugu)

Kamu adalah topeng di balik wajah polos yang lugu, yang membuatku bertekuk lutut detik itu.

-Nabilla Shiletta-
•••

"Ditunggu Pak Gusti, ruang kepsek, sekarang."

Singkat, padat, dan jelas, tentu saja pemilik suara itu adalah Ragil. Ia memandang malas ke arah Raqa yang sedang fokus menyesap rokoknya sambil duduk di sofa. Meski berada di ruang OSIS, cowok itu sama sekali tidak memikirkan akibatnya.

"Lu aja dah sana, gue males," ujar Raqa, ia menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Oh ya, kasih tau sama tuh bapak tua acara MOS gue persingkat cuma tiga hari, kagak ada yang namanya kemah akhir pekan. Ribet."

Semua mata yang berada di sana memandang heran Raqa, Bryn, Ragil, Juan, dan Chatrine saling tatap tidak percaya.

"Lu yang bener, Rak piring. Sekolah kita elit, mikir panjang dikitlah. Masa nggak ada kemah akhir pekan? Nggak adil, gue harus bisa balas dendam biar adik kelas menderita kayak gue waktu MOS dulu," ucap Juan tidak terima.

"Itu kalau lu ketua OSIS-nya, gue? Jangan harap," tukas Raqa.

Ragil yang mendengar itu mendekati Raqa, dia memasukkan kedua tangan ke saku celana. Posisi Raqa duduk membuatnya harus sedikit menunduk.

"Kenapa lu nggak ngundurin diri aja?" tanya Ragil. "Gue rasa itu lebih baik, dan nilai sekolah ini nggak akan turun di mata orang."

Raqa memutar bola mata malas. "Terserah. Penting buat lu? Urusin sana Nabilla, lu suka kan?"

"Raq, gue bukan cowok yang seenaknya mainin cewek kayak lu." Ragil kini melipat tangan di dada. Ia memandang Raqa intens.

"Ya iyalah! Gemesin gitu," celetuk Juan.

"Wan, konsumsi gimana?" tanya Bryn, cowok berambut cepak itu sibuk menghitung beberapa isi dalam kotak kardus.

"Yoi! Beres." Juan mengacungkan jempolnya. Bryn mengangguk, mereka menghabiskan free time untuk menyiapkan acara selanjutnya.

"Lima belas menit lagi free time habis, lo-lo semua nggak ngantin? Gue laper," ucap Juan, cowok itu mengusap perut tanda lapar.

"Nggak!" jawab Ragil dan Raqa bersamaan, sontak saja semua orang di ruangan itu menoleh.

Mereka saling berpandangan. Ragil mendelik sinis ke arah Raqa, begitu sebaliknya. Aura tidak suka terpancar antara keduanya.

"Widih, kompak banget lu bedua. Yaudah ye, gue ngantin, yok Bryn!"

Bryn merespon dengan anggukan, ia tersenyum kikuk, Juan merangkulkan tangannya ke bahu Bryn. Merasa risih, Bryn menepis tangan Juan dari bahunya. Cowok itu hanya nyengir. Sampai di ambang pintu, seseorang menabraknya.

"Dih, lu hobi banget nabrak ya?" ringis Juan. Ia mengernyit kala menyadari siapa yang menabraknya. Nabilla, cewek itu mengaduh sambil mengusap jidatnya.

"Nabilla, lu ngapain ke sini?" tanya Juan.

Nabilla tersenyum menampilkan sederet gigi putihnya yang berjejer rapi, di tambah lagi lesung pipi, Juan jadi gemes sendiri.

RaquillaМесто, где живут истории. Откройте их для себя