🌷 [24] Kali Kedua

3.4K 174 22
                                    

Ati-ati guys, part ini bikin kalian baperrr;) hehe. Semoga sukaa

VOMENTT!!

Chapter 24: Kali Kedua

Menyadari adanya sebuah perasaan memang lama, tapi prosesnyalah yang kadang membuat kita tersiksa. Antara harus mengakui, atau membiarkan rasa itu tenggelam karena gengsi.

-Raquilla-
•••

Hal pertama yang Nabilla rasakan saat motor Raqa berhenti di depan sebuah rumah kayu, adalah aura mengerikan. Kedua, tempat yang terlihat seperti gubuk ini sangatlah sepi. Ketiga, rumah di depannya tidak layak disebut rumah tapi sebuah gubuk tak berpenghuni. Keempat, rumah ini berada di daerah terpencil yang jauh dari jangkauan orang-orang.

Nabilla masih ingat, perjalanan mereka cukup memakan waktu lama, melewati berbagai perumahan dan beberapa preman yang berkeliaran di pinggir jalan.

"Kak Raqa… " Tarikan di ujung seragamnya membuat Raqa menoleh.
"Apa?"

"Takutt, pengen pulang aja. Tempatnya serem kayak rumah hantu," ujar Nabilla. "Takut ada setan."

"Ck, nggak bakalan ada setan. Udah ah nggak usah manja lu, ikut gue masuk ke dalam," jawab Raqa, cowok itu menggenggam tangan Nabilla lalu menuntunnya masuk ke dalam.

Nabilla merasa was-was, ia merapalkan berbagai macam doa dalam hati lalu menyebut nama Bunda berkali-kali. Dan pertama kali pula Nabilla mendatangi tempat semengerikan ini.

Rumput liar yang mengelilingi gagang pintu, Nabilla menghela napas, mencoba menenangkan diri ketika Raqa membuka pintu. Cahaya masuk melalui pintu yang terbuka, menyinari wajah seseorang yang sibuk bermain ponsel.

"Raqa?" Pria berkumis dan bertopi hitam itu mendongak. "Baru datang lu? Gue udah lama banget nunggu." Lalu menghampiri. Kini, Nabilla bisa melihat jelas wajah pria itu, menyeramkan. Nabilla langsung berlindung di belakang Raqa.

"Yang penting gue datang." Raqa membuka pintunya lebih lebar lalu melenggang masuk dengan Nabilla yang masih stay di belakangnya. "Gara mana? Gue ada perlu sama dia?"

"Gara masih ada urusan, mungkin bentar lagi nyampe, gue udah shareloc, biar itu anak nggak kesasar."

Raqa mengangguk paham, merasakan sesuatu menarik tangannya, Raqa menoleh, lagi-lagi dia mendapati Nabilla merengek.

"Pulang. Nabilla takutt."

"Nggak usah takut, dia temen gue." Tangan Raqa terangkat menjauhkan tangan Nabilla dari lengannya. "Alex."

Merasa namanya disebut, pria bernama Alex itu beralih menatap Nabilla.

"Cewek lo, Raq? Manis juga. Kenapa nggak bayar pakai dia aja?" ujar Alex, yang mendapatkan pelototan dari Raqa. "Gue yakin dia bisa nyenengin gue."

Nabilla harus menelan kalimatnya, lagi, sesaat pria berkumis itu mengambil alih tangannya lalu menjumput dagunya. Nabilla menangis tertahan, bahunya bergetar, ketika tangan pria itu menyentuh pundaknya.

"Bukan cewek gue, dan gue nggak sebrengsek itu, singkirin tangan lo, Lex!"

"Oh oke, gue ngalah." Kedua tangan Alex terangkat, cowok itu nyengir singkat. Ia kembali menatap Nabilla. "Gue Alex, temennya Raqa. Dan…" Tepat, seseorang masuk dari arah pintu, Alex menunjuk orang itu. "Dia Gara, temennya Raqa juga. Dan lu, siapanya Raqa?"

RaquillaWhere stories live. Discover now