"Kakak nggak mau rahasia itu terbongkar kan? Kakak harus jadi pembantu aku."
Apa jadinya jika seorang ketua OSIS yang tampan, galak dan bersifat dingin harus mematuhi semua perintah gadis polos nan lugu?
***
Raqa Abimanyu Dinata, mantan berandalan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kamu seperti rembulan, datang menyinari malamku yang kelam.
-Nabilla Shiletta- •••
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
👆Juan Kanaka👆
Nabilla mengerjap beberapa kali, tidak percaya apa yang Raqa katakan tadi, cewek itu memicing seraya mengintimidasi air muka Raqa.
"Beneran?"
"Bukannya ini yang lu mau? Perlu bukti?"
Nabilla mengangguk. "Ini kayak mimpi, Kak Raqa pasti mau bohongin Nabilla lagi, 'kan?" Ia menunjuk wajah Raqa. "Kali ini nggak bakalan bisa."
"Kalo gue serius, lu minta bukti apa?" tanya Raqa. Ia maju beberapa langkah, mendekati Nabilla lalu berjongkok hingga kepala mereka sejajar. "Permen? Susu? Es krim? Gue beliin."
"Penyogokan."
"Nab," Raqa berdecak sebal, tanpa menunggu persetujuan, ia mencubit gemas kedua pipi Nabilla. Cewek itu meringis sementara Raqa tertawa senang.
"Sakitt," rintih Nabilla, mengambil kesempatan kala Raqa mencubit pipi tembemnya. "Pipi Nabilla nanti merah."
"Nggak peduli guenya. Ahahaha."
"Ih. Nyebelin, Nabilla acih au unda." (Nabilla kasih tau Bunda). Sekarang, Nabilla sangat sulit berbicara, karena Raqa menangkup pipinya lalu menarik maju, bibir Nabilla langsung membulat. "Ehahin." (lepasin)
"Lucu ini, unyu-unyu, gue tarik nih, gue gigit sekalian biar lu percaya." Raqa gemas, tentu saja, membuat Nabilla merengek karena ulahnya seolah menjadi hobi baru bagi Raqa.
Lagi, Raqa tertawa, padahal cubitannya tidaklah keras, namun apa daya jika yang menerima cubitan itu Nabilla? Pasti, cewek bocah itu akan merengek sakit padahal tidak.