🌷 [23] Decide

3.7K 166 105
                                    

Chapter 23: Decide (Keputusan)

Kembali, bukan berarti sama, seperti dia yang pernah ada.

-Raqa Abimanyu Dinata-
•••

Jarang sekali Raqa menghabiskan waktunya di kamar, berkutat dengan lembaran kertas berisikan artikel-artikel berita lama, serta dokumen-dokumen yang nyaris menguning akibat terlalu lama tersimpan dalam lemari Arga.

Setelah berhasil mencuri dokumen-dokumen itu dari kamar ayahnya, ia memutuskan kembali ke kamar. Raqa berani bertaruh jika keberuntungan sedang berpihak padanya. Arga lembur malam, suatu hal yang bisa Raqa hitung dengan jari setiap hari.

Kini, cowok itu fokus menatap lembaran kertas di meja belajarnya, matanya melirik bergantian kertas itu secara seksama lalu membaca setiap kalimat bahkan kata yang tertera di sana.

Lama berkutat, cowok itu merenggangkan kedua otot tangannya sambil menguap. Raqa tahu, bukanlah hal yang mudah untuk mencari keberadaan Kalina. Apalagi mengingat informant ayahnya ada dimana-mana.

Hampir satu jam telah berlalu, Raqa tidak menemukan apa pun, dari banyaknya lembaran koran tidak berguna dan dokumen lama, semua hanya berisi berita infotainment atau artis yang cari sensasi.

"Berita sampah!!" Raqa melempar tumpukan koran itu ke tempat sampah dengan kesal. "Shit!" Lalu mengacak rambut frustasi.

Bersamaaan setelah itu, seorang gadis berkepang bersama boneka teddy bear datang menghampiri.

"ABANGG." Risa-adiknya tersenyum seraya menghambur ke pelukan Raqa. "Abang lagi ngapain?"

Mengerti situasi ini buruk bagi Risa, Raqa membalas pelukan gadis itu lalu mengangkatnya duduk ke pangkuan.

"Nggak ngapa-ngapain. Adik abang yang cantik ini belum tidur? Besok, 'kan Risa harus sekolah." Raqa mengusap lembut rambut Risa. "Mau abang dongengin?"

Risa menggeleng. "Risa nggak bisa tidur, kepikiran kata temen-temen, mereka sering nanya mama Risa kemana, Risa juga iri sama mereka yang kadang liburan bareng mama. Risa jadi pengen ketemu mama." Risa menjeda, membuat Raqa merasakan sesak di dadanya detik itu juga. "Abang, kapan balikin mama lagi ke rumah ini? Risa kangen."

Bukan pertama kali, Raqa mendapati pertanyaan itu, hingga ia tidak perlu berpikir panjang untuk beralibi.

"Secepatnya," jawab Raqa, tersenyum, lalu mencubit gemas pipi Risa. "Kangen banget ya sama mama?"

Risa mengangguk, "Banget. Udah lama nggak ketemu, Risa kangen masakan mama, kangen susu buatan mama, kangen nasi goreng buatan mama, kangen-"

"Risa..." Raqa menyela, nyaris menjatuhkan air mata, ia membawa Risa dalam pelukannya. "Tidur, yuk! Entar besok kesiangan. Risa kan anak pinter."

Dalam dekapan Raqa Risa mengangguk. Isakan kecil yang lolos dari hidung gadis itu seolah membuka luka baru bagi Raqa.

"Jangan nangis." Hanya itu yang bisa Raqa lakukan untuk menenangkan adiknya. "Risa gadis abang yang kuat."

Sepertinya, nihil bagi Raqa untuk menghindari keadaan ini, karena setiap malam Risa pasti akan bertanya. Soal Kalina, soal dimana mamanya berada, lalu bercerita bagaimana keseruan teman-temannya liburan bersama kedua orang tua.

Seketika, Raqa merasa telah gagal membahagiakan harta satu-satunya.

"Risa pasti ketemu mama."

Ucapan Raqa memaksa Risa mendongak untuk menatapnya. "Abang..." Kemudian mencium sekilas pipi Raqa. "Abang janji, 'kan bawa mama kembali lagi sama kita?"

RaquillaWhere stories live. Discover now