🌷 [30] Pengakuan

3.5K 183 11
                                    

Chapter 30: Pengakuan

Kadang kita tidak menyadari, jika satu kebaikan saja, sangat berarti bagi mereka di luar sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang kita tidak menyadari, jika satu kebaikan saja, sangat berarti bagi mereka di luar sana.

-Raquilla-
•••

Rasa sakit menyerang bahu dan lengan Nabilla, penyebabnya tidak lain akibat kemarin, menahan beban lima belas anak yang bergiliran menunggangi bahunya.

"Nab, mending nggak usah sekolah, aku bisa nganterin surat ke kelas kamu, mau ya?" bujuk Damar, setelah mobil yang mereka tumpangi pergi. Cowok itu membantu Nabilla membawa tasnya.

"Nggak papa, kok. Nabilla anak kuat, pagi tadi udah minum susu," jawab Nabilla, tidak mau Damar melihat sakit di tubuhnya. "Bunda juga nggak ngomong apa-apa tadi."

"Ya itu karena kamu tahan, Nab. Aku tau, kamu jangan coba bohong sama aku. Kamu pura-pura sehat di depan Bunda." Damar mulai berjalan memasuki gerbang sekolah, diiringi Nabilla yang sesekali memijat lengannya sendiri. "Kamu lupa kita sahabatan?"

"Ish Damar, kok jadi bawel sih? Ini cuma pegal ringan, Nabilla bisa minta salep sama Kak Cathrine, terus diolesin, selesai, Damar nggak perlu repot-repot. Kan ada Kak Raqa juga yang jagain Nabilla."

"Tapi Nab-"

"Damarr, percaya deh sama Nabilla," ujar Nabilla, membekap mulut Damar dengan satu tangannya. "Nabilla punya Kak Raqa sama Damar, artinya aku udah punya dua orang yang bisa jagain aku, jadi nggak ada yang perlu dikhawatirin. Oke?"

Nabilla tersenyum manis, berusaha menampik kekhawatiran dari wajah Damar. Cewek itu menampilkan wajah cerah, seolah sakit di tubuhnya bukanlah masalah.

Akan tetapi, Damar tidak sebodoh itu, ia tahu Nabilla menahan sakit sejak pulang kelas melukis. Nabilla tidak bohong, ia bercerita soal dirinya yang ikut menemani Risa les hingga lupa apa tujuan awalnya.

"Yaudah terserah, ayo cepet ke kelas, aku anterin kamu sampai sana."

Nabilla mengangguk antusias. "Hore, hihi, Damar kok tumben mau hari ini?"

Damar tidak menjawab, malah menghembuskan napas lega lalu menggandeng tangan Nabilla, masih belum tenang karena cewek berlesung pipi itu menghiraukan ucapannya. Tapi, yang sangat mengganggu pikiran Damar saat ini tidak lain adalah, ketakutan kehilangan Nabilla.

-Raquilla-

-Raquilla-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang