🌷 [22] Menarik Perhatian

4K 181 43
                                    

Komen yang banyak dungs ;)

Chapter 22: Menarik Perhatian.

Kamu mampu membuatku mengerti, jika Tuhan masih menginginkan senyum, dikala aku sudah serapuh ini.

-Nabilla Shiletta-
•••

"Ih kerennn, balonnya gede terus bisa terbang," Nabilla berucap, memekik girang, saat mobil Raqa melewati taman kecil di pinggiran kota Bandung. Banyak orang berkerumun di sana demi menaiki balon udara. Jika Raqa memandang biasa kejadian itu, lain halnya pada Nabilla, dia terus mengembangkan senyum, kagum.

"Lebay banget, baru tau lu di dunia ada balon udara?" Raqa tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.

Membuat Nabilla yang tadinya asik memandang ke luar jendela kini menatapnya. "Jadi namanya balon udara? Wih kerenn."

"Iyalah bodoh!" jawab Raqa. "Lu baru tau apa sok polos? Itu Balon udara yang bisa bawa manusia naik ke atas."

Nabilla menampilkan raut terkejutnya. "Bisa terbang, kayak pesawat dong ya, apa mereka nggak takut jatuh? Kalau jatuh, kan serem."

Raqa bingung harus bereaksi seperti apa, ia memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu beringsut mendekati Nabilla. Menatap lekat wajah cewek itu, hingga jarak mereka hanya sejengkal.

"Menurut lu? Apa bapak tua yang bikin balon udara itu bakalan biarin mereka semua jatuh?"

Nabilla menggeleng pelan. Jarak sedekat ini, membuat jantungnya berdetak tidak karuan. "Eng-gak, bapak itu nggak akan ngebiarin mereka jatuh."

"Itu tau," Raqa kembali duduk menegap, menghela napas, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Entah sejak kapan, Raqa mulai tertarik pada pembicaraan ini. "Emang, Bunda lu nggak pernah kenalin lu sama Balon udara?"

"Enggak. Cuma pernah liat di TV doang," jawab Nabilla. "Dan ternyata kerenn, bisa bawa manusia terbang, jadi pengen naik."

"Kenapa?" Raqa penasaran. Ia menatap Nabilla lekat. "Bukannya lu anak kesayangan? Bego aja Bunda lu nggak ngasih tau hal secuil itu."

Nabilla perlu menarik napas untuk menceritakan semuanya, ia memandang ke luar jendela, lagi, senyumnya hadir, tapi kali ini Raqa menemukan gurat kekecewaan di sana.

"Nabilla nggak diperbolehkan Bunda keluar rumah, Nabilla sering dikurung, enggak tau alasannya apa," Nabilla menghembuskan napas berat. "Tapi, kata Bunda, Bunda cuma nggak mau Nabilla terpengaruh sama aura negatif dari luar. Nabilla nggak keberatan, sih. Itu, kan, salah satu bukti kalau Bunda sayang Nabilla. Hehe," ujar Nabilla, ia memandang Raqa, kini, senyum hadir di bibir merah mudanya. "Nabilla juga pernah home schooling, setelah kelas sembilan, baru dibolehin Papa liat dunia luar."

Jawaban Nabilla mampu menarik rasa penasaran Raqa melunjak tinggi, kedua alisnya naik, belum juga berkata Nabilla sudah memotongnya.

"Kak Raqa pasti bingung, kan, kenapa aku nggak ngelawan?" tebak Nabilla. Mengangguk, Raqa tidak punya niat berbohong. "Karena Nabilla sayang Bunda, Nabilla ngerti kalau Bunda takut akunya kenapa-kenapa. Intinya, niat Bunda baik, jadi makin sayangg."

Nabilla tersenyum lebar, sambil memeluk lengannya sendiri, gerak itu cukup menggambarkan jika Nabilla sangat menyayangi Bundanya.

RaquillaWhere stories live. Discover now