MOH- Satu

53K 1.7K 9
                                    

Wajah penuh memar serta seragam yang lusuh membuktikan bahwa dia habis berkelahi. Tapi raut wajahnya yang tanpa ekspresi itu tidak menunjukkan rasa sakit. Rion mengurut pangkal hidungnya sebentar sebelum kembali menatap Arkharega Virgie Sirion yang merupakan anak pertamanya.

Sedangkan Sicka sendiri fokus untuk mengobati anaknya sambil sesekali mengomeli Rega.

" Apa yang kamu dapet dari tawuran?" Tanya Rion dingin kepada Rega yang kini sudah menginjak kelas duabelas Skylar International School.

Rega diam, malas sekali rasanya membalas pertanyaan ayahnya. Hal itu membuat Rion berdecak, harus dengan cara apalagi dia menasehati Rega agar tak ikut-ikutan tawuran. Rion hanya khawatir dengan anaknya ,dia hanya tak ingin anaknya itu dalam bahaya.

"Namanya juga cowok yah " setelah lama terdiam hanya itu yang diucapkan Rega sebagai jawaban atas pertanyaan Rion.

Sicka yang sudah selesai mengobati Rega membereskan obat itu lalu menoyor kepala Rega. Sicka heran dengan anaknya yang satu ini, sangat susah diberitahu berbeda dengan Arsakha Virendra Sirion anak keduanya.

" Mulut kamu minta bunda cabein? Kalo bisa tuh kamu harus hindari tawuran. Nggak baik, bunda sama ayah khawatir kamu kenapa-napa bang " omel Sicka kepada Rega.

Inilah yang Rega suka, dia suka cara ayah dan bundanya begitu perhatian dengannya. Meskipun ayahnya terkesan dingin tak peduli tapi Rega tau kalau Rion adalah sosok ayah yang peduli dan bertanggungjawab. Sedangkan bundanya adalah sosok ibu yang cerewet tapi Rega sangat sayang kepadanya.

Melihat Rega ditoyor oleh Sicka , diam-diam Rion berkedut ingin tersenyum. Tapi dia juga harus terlihat tegas ,bagaimanapun dia adalah kepala keluarga.

"Kamu tau konsekuensi bila ikut tawuran lagi kan?terpaksa ayah sita motor kamu selama satu bulan" Setelah mengucapkan hal itu Rega segera melempar kunci motornya dengan kasar ke arah Rion.

Memang seminggu yang lalu Rega sudah mendapat ultimatum ini dari Rion. Jadi inilah yang harus dia terima ,motor kesayangannya harus di sita oleh Rion.

"Bwahahahahaha mampus lo bang ,awas aja lo besok nebeng gue" Sakha mengejek sambil memakan apel ditangannya.

Rega hanya menatap datar adiknya yang hanya terpaut satu tahun dibawahnya dengan datar. Andai tidak ada Sicka disampingnya sudah pasti tangannya memberi belaian lembut di pipi Sakha.

" Heh itu kan apel bunda kenapa kamu makan?" Delik Sicka yang menyadari anaknya itu memakan apel yang hanya tersisa satu di dalam kulkas.

Sakha memasang wajah polos " Kirain ini nggak punya siapa-siapa, bunda beli aja lagi deh. Yang ini buat Sakha ya?"

Puk

Rega melempar bantal sofa tepat mengenai wajah Sakha ,membuat apel yang ditangannya terjatuh ke tong sampah yang memang tersedia di sebelah sofa ruang keluarga.

Sicka dan Rega tertawa terbahak-bahak menatap Sakha yang menatap miris apelnya.
Sicka heran dengan sifat kedua anaknya, Rega yang lebih pendiam dan tidak banyak bicara sedangkan Sakha yang lebih banyak bicara sekaligus jahil.

"Bang ,lo mau gue tambahin blush on nggak dipipi lo?" Seringai Sakha yang membuat Rega tersenyum sinis.

"Silahkan"

Melihat kedua anaknya yang sepertinya akan bertengkar ,Sicka segera mengambil kemoceng lalu berdiri dan memasang wajah galak.

" Kalian berantem, bunda bakal gebukin kalian" ancamnya yang membuat Sakha dan Rega bertingkah seolah tak terjadi apa-apa, pasalnya mereka tak ingin berurusan dengan Sicka apabila tengah marah.

My Other HappinessWhere stories live. Discover now