MOH- Tigabelas

30K 1.4K 39
                                    

"Assalamualaikum Bun," ucap Sanaya ketika masuk ke dalam rumah. Sicka yang sedang memangku Raffa sambil membaca majalah peralatan masak menoleh.

"Waalaikumsalam." Balas Sicka sambil tersenyum.

Sanaya berjalan menghampiri Sicka lalu mencium punggung tangan Sicka. Setelah itu dia menoel pipi Raffa sebentar.

"Hai sayang, kamu nggak nakal sama uti kan?" Seolah mengerti apa yang diucapkan oleh Sanaya, Raffa menepuk pipi Sanaya dan menggeleng sambil tertawa.

"Gimana sama teater? Lancar latihannya?" tanya Sicka.

"Lancar Bun, oh iya tas keperluan Raffa dimana?"

"Ada di kamar kalian." balas Sicka lalu kembali duduk dengan Raffa yang bertingkah di pangkuannya.

"Kalo gitu aku ke kam-"

"Sanaya" Rega tiba dan membuat ucapan Sanaya terpotong.

Melihat wajah Rega membuat kekesalannya datang lagi, segera saja Sanaya berlalu menuju kamar tanpa menghiraukan tatapan Sicka yang menatap keduanya aneh.

"Kamu apain Sanaya bang?" Tanya Sicka sambil melihat Rega yang tengah mencium punggung tangannya.

"Nggak ada. Aku nyusul Sanaya dulu Bun." Setelah itu Rega berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Sicka tertawa keras melihat itu, "Raf kamu liat papa sama mamamu kan? Hahahaha lucu banget mereka. Jadi inget masa dulu sama semen basi." Raffa ikut tertawa.

"Oh jadi kamu masih suka ngatain aku semen basi hm?" Mendadak Sicka terdiam saat melihat kedatangan Rion.

- oOo -

Sanaya memasuki kamar dengan wajah merengut kesal, dia berjalan mendekati ranjang berniat mengambil tas yang berisi barang-barang milik Raffa tapi harus terhenti ketika mendengar suara pintu tertutup.

Rega masuk ke dalam kamar dan tak lupa menguncinya.

Sanaya menoleh, matanya menatap Rega yang menatapnya lembut.

"Ngapain kesini?" ketus Sanaya, dia lalu berjalan melewati Rega untuk membuka pintu. Tapi sayang, pintunya terkunci dan tentu pelakunya adalah Rega. Ketika Sanaya berbalik dia langsung berhadapan dengan dada bidang milik Rega.

Cowok itu mengungkung Sanaya agar istrinya itu tidak bisa lari kemana-mana. Mendadak Sanaya diam membatu melihat kedekatan mereka saat ini. Rega menatap sambil menunduk agar bisa melihat wajah Sanaya.

Takut akan hal yang tidak-tidak, Sanaya segera mendorong dada Rega tapi hal itu tidak berpengaruh. Cowok itu justru makin maju merapat kepadanya, dan terus menatapnya. Sanaya terjebak.

"Ka-kamu apaan sih? J-jauhan san--,"

"Kenapa tadi nggak bilang aja kalau kamu laper?" potong Rega.

Sanaya mendengus, "Jadi aku yang salah? Aku yang salah karena nggak bilang ke kamu? Dan kamu yang bener gitu? Kamu tuh ya harusnya pek-"

Sanaya terdiam seketika dengan mata terbelalak lebar. Tubuhnya meremang dan kakinya melemas dan akan jatuh apabila tangan Rega tidak menyangga pinggangnya.

Rega mencium bibirnya lagi.

Rega terus mencecap dan memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri secara bergantian. Bibir Sanaya candu baginya melebihi permen susu coklat kesukaannya. Tidak apa-apa kan bila dia mencium istrinya sendiri? Sudah sah ini. Tanyanya dalam hati.

My Other HappinessOnde histórias criam vida. Descubra agora