MOH- Delapan

31.4K 1.3K 22
                                    

Sicka dan Rion duduk berhadapan dengan anak serta menantunya dengan tatapan sulit diartikan. Sampai pada akhirnya Sicka mengembuskan nafas perlahan, dia memajukan badannya untuk bisa melihat wajah Rafa yang duduk dipangku oleh Sanaya.

"Siapa namanya nak?" tanya Sicka dengan nada lembutnya seperti biasanya.

"Raffardan Hareshananda bunda..."

Sicka mengelus pipi gembul milik Rafa, lalu mencubit hidungnya sebentar dengan sedikit kikikan. Sicka menjauhkan badannya kembali lalu duduk tegak.

"Apa kalian tau kalau akan ada tanggungjawab yang besar bila mengadopsi Rafa? Dan apa kalian siap?" Sicka menatap bergantian Sanaya serta Rega.

Sanaya sedikit menyenggol lengan Rega, karena cowok itu diam tak mengatakan apa-apa. Rega yang disenggol menoleh lalu menatap balik bundanya.

"Aku siap."

Sanaya langsung menatap Rega dengan tatapan kagum, dia kira Rega akan membiarkannya mengurus Rafa sendirian.

"Jika kamu siap, maka kamu juga harus bisa menafkahi keluargamu dengan hasil jerih payahmu sendiri. Apa kamu sanggup Rega?" dengan nada datar Rion bertanya kepada anak sulungnya itu.

"Aku siap." sahut Rega cepat. Dia menatap ke Sanaya yang juga menatapnya, "Aku mengambil keputusan ini berarti aku sudah siap untuk kedepannya, Yah. Meskipun nanti nafkah yang ku berikan untuk Sanaya tidak banyak, seenggaknya aku udah usaha untuk menjadi suami yang bertanggung jawab menafkahi istrinya."

Sanaya terpaku dengan mata hitam kelam milik Rega, dia kesulitan untuk memalingkan wajahnya. Kata-kata Rega tadi terlalu manis untuknya, pancaran mata Rega begitu meyakinkannya.

"M-mwa... paaa" celotehan dari Rafa membuat Sanaya tersadar dari acara menatap mata Rega. Apalagi saat dia tau ternyata kedua mertuanya menatapnya dan Rega dengan senyuman penuh arti. Dan untuk menutupi kegugupannya, dia memilih mengajak bicara Rafa.

"Baguslah bila kalian bisa membangun komunikasi dengan baik, ternyata cinta datang karena terbiasa itu benar adanya ya.." Sicka berucap senang.

Sanaya hanya menanggapi dengan senyum tipis serta menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab. Sedangkan Rega, dia kembali diam seperti patung di sebelah Sanaya dengan duduknya yang tegak.

"Rega, ingat. Jadi pemimpin keluarga yang mengayomi, jangan egois dan pemarah." nasihat Rion sambil tersenyum tipis kemudian beranjak dari duduknya saat sebelumnya dia menoel pipi Rafa.

"Kalian mau langsung pulang ke apart apa mau nginep nih?"

"Kita langsung pulang ke apart aja Bun..." balas Rega dengan suara tegasnya. Kemudian mereka pamit dengan mencium punggung tangan Sicka bergantian.

"Urusan surat-surat biar ayah dan bunda yang urus, kalian hanya perlu fokus menjaga dan merawat Rafa. Bunda juga siap kalau disuruh jagain Rafa, jadi jangan sungkan kalau minta bantuan ke bunda..." Sanaya mengangguk sambil tersenyum lebar menanggapi mertuanya.

"Yaudah kita langsung pamit Bun, bilangin ke ayah nanti." Sicka mengangguk membalas Rega.

- oOo -

Rega sibuk memperhatikan Rafa yang tengah tertidur pulas dipangkuannya, setelah hampir seharian Rafa tidak mau lepas dari Sanaya akhirnya si kecil ini terlelap.

Rega mengelus pipi Rafa yang memang gembul itu, sekilas dia melihat bayangan Sanaya yang selalu mencium pipi Rafa.

"Enak ya jadi lo bocil... Bisa dicium sama istri gue terus." Gumamnya sambil terkekeh pelan.

My Other HappinessWhere stories live. Discover now