MOH- Tujuh

29.9K 1.3K 39
                                    

Rega terkejut saat mendengar lengkingan suara Sanaya apalagi istrinya langsung berlari setelah berteriak keras. Dia pun segera turun dari motor dan melepas helmnya lalu menyusul Sanaya.

Rega melihat didepannya banyak warga yang mengerubung dan hal itu makin membuatnya mempercepat langkah kakinya. Setelah dia berhasil mendekat dan menyibak para warga yang berkerumun, dia mendapati Sanaya menggendong bayi sambil menepuk pipi seorang cewek yang tengah terkulai lemas dengan penuh darah di kepalanya.

Rega mendengar bahwa cewek ini kena tabrak lari, dan hal itu membuat Rega segera menyetop taksi yang kebetulan lewat lalu membopong cewek itu ke dalam taksi di bantu para warga.

Rega memilih membuntuti taksi dari belakang dan Sanaya berada di dalam taksi untuk menemani cewek tadi. Untunglah jalanan tidak macet seperti biasanya, jadi mereka tiba di rumah sakit lebih cepat.

Sanaya menangis karena baru pertama kali melihat secara langsung kecelakaan yang tidak pernah dia bayangkan.

"Jangan nangis, mereka pasti nggak papa." Rega menenangkan Sanaya.

"Hiks ng-ngeri Ga t-tapi juga kasian hiks hiks... dedek b-bayinya nggak bakal k-kenapa napa kan?" Sanaya merasa sakit saat melihat bayi yang digendongnya tadi ikut terluka juga di kepalanya.

"Yakin mereka nggak papa, kita berdoa semoga aja semuanya selamat." Rega merangkul Sanaya.

Cklek

Pintu UGD terbuka dan menampilkan dokter dengan jubah hijaunya. Rega dan Sanaya segera berdiri.

"Apa anda yang membawa korban kemari?"

Sanaya mengangguk cepat untuk menjawab dokter, "Iya dok, kami yang membawa korban kemari. Bagaimana kondisinya dok?" tanya Sanaya dengan raut wajah cemas, dia bahkan tak mempedulikan seragam OSIS-nya yang penuh dengan darah kering.

"Korban ingin bertemu dengan kalian, mari masuk." ajak dokter membawa mereka masuk ke dalam ruang UGD.

Setelah masuk Sanaya dapat melihat cewek yang ditolongnya merintih kesakitan. Dia pun mendekat dengan cepat.

"Sakit?bertahan mbak, kamu pasti bisa." Sanaya kembali menangis saat melihat cewek didepannya yang penuh luka dan dia yang memegangi kepalanya terus.

Melihat Sanaya menangis, cewek itu tersenyum tipis, "Na-namaku N-nanda Arkalia shhh..."

"Hiks namaku Sanaya Qirani, kamu oke kan?" Sanaya pun ikut memperkenalkan dirinya.

"J-jangan n-angis... , ak-ak-u boleh min-ta t-tolong?" Suara Nanda makin terdengar lirih di telinga Sanaya.

Rega dan dokter itu berdiri di belakang Sanaya memantau bila terjadi sesuatu.

"Boleh hiks hiks.. kamu m-minta tolong apa?"

"T-tolong ra-wat a-nakku se-seper-ti an-anakmu send-iri b-bo-leh?" Nanda sangat bersusah payah mengucapkan kalimat itu untuk berkomunikasi dengan Sanaya.

Sanaya menghentikan tangisnya, dia mengusap air matanya, "Memangnya kamu mau kemana Nan?kenapa aku merawat anakmu?"

Nanda memaksakan untuk tersenyum, meskipun rasa sakit ditubuhnya makin menjadi rasanya.  "Ka-rna aku t-tidak bisa Sanaya... "

Nanda menarik nafas dalam-dalam saat seketika dadanya terasa begitu sesak yang membuatnya sulit bernafas. Dokter yang melihat itu segera mengambil alat bantu ,sedangkan Sanaya kembali terisak karena takut.

"B-berjan-jilah Sa-na-ya... ak-u me-minta to-long." Nanda sungguh merasa sudah tidak sanggup lagi, dadanya begitu sakit dan sesak menjadi satu ketika dia mengambil nafas.

My Other HappinessWhere stories live. Discover now