MOH- Sembilanbelas

24.5K 1K 23
                                    

Ketiga orang itu tengah menatap batu nisan bertuliskan nama ibu dari Raffa 'Nanda Arkalia' dan Bu Runi menatap sendu sembari mengelus batu nisan tersebut. Sudah hampir satu jam mereka berada di situ, namun Bu Runi tidak ada tanda-tanda untuk bangkit dan pulang.

"Kalian pulanglah dulu, Ibu masih ingin disini." Akhirnya Bu Runi bersuara setelah keheningan yang melanda mereka, hanya ada suara angin serta seorang bapak yang tengah menyapu membersihkan makam.

Sanaya kembali berjongkok, dia merangkul Bu Runi sebentar, "Ibu nggak papa kita tinggal sendiri disini?"

Bu Runi mengangguk dengan mata yang masih tertuju ke arah batu nisan. Sanaya pun memilih berdiri dan pamit pulang kepada Bu Runi karena tak tega dengan kondisi Rega.

Kini pasangan muda itu sudah berada di apartemen, Rega terlelap tidur karena dia memang mengantuk sekaligus ingin beristirahat agar keadaannya cepat pulih.

Sanaya yang tengah menyuapi Raffa dengan bubur dikagetkan dengan ponselnya yang bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Halo Assalamualaikum"

"WAALAIKUMSALAM oi," Revi membalas salam Sanaya dengan keras membuat Sanaya harus menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Edan, kuping gue dengung nih lo jawab ngegas gitu." omel Sanaya kepada Revi.

"Maap San hehe nggak sengaja gue," diseberang Revi cengengesan tidak jelas.

"Ada apaan nelpon Rev? Butuh bantuan?"

"Ho'oh, bisa nggak lo temenin gue ke rumah bokap? Gua nggak tau tiba-tiba dapet SMS dari bokap di suruh ke rumahnya." Sanaya membulatkan matanya mendengar itu, pasalnya ayahnya Revi sama sekali enggan oh bahkan tidak mau melihat wajah Revi, lalu sekarang cewek itu di undang ke rumah. Ada apakah ini?

"Serius?"

"Buat apa gue bohong sih? Sumpah gue deg degan banget ini, udah lama nggak ketemu ayah rasanya gimanaa gitu,"

"Yaudah, gue siap-siap dulu kalau gitu." Setelah itu obrolan mereka terhenti karena Revi menyudahi panggilan itu. Beruntung hari ini Sanaya libur sekolah karena anak kelas sepuluh dan sebelas yang tengah ada acara di sekolahnya sehingga murid kelas dua belas di beri libur satu hari.

- oOo -

Seorang lelaki dengan jaket yang jeans yang melapisi seragamnya itu tengah bersandar di pohon dengan puntung rokok yang menyempil di mulutnya. Sekali-kali matanya menatap foto di ponsel mahalnya dan berpindah menatap kedua cewek yang duduk di kursi taman tak jauh darinya. Tetapi dia hanya fokus pada satu cewek berkerudung merah maroon dan ada anak kecil di pangkuannya.

Perlahan tubuhnya terangkat untuk berdiri, dia melangkah menghampiri kedua cewek itu.

"Gue nggak nyangka kalo Cheri itu anak ayah lo dan gue bener-bener nggak abis pikir kenapa ayah lo segampang itu nyuruh lo buat nggak ganggu dia sama keluarganya. Gue tau lo kuat Rev, yakin kok kalo lo bisa hadepin ini semua. Gue ada bersama lo." Sedari tadi Revi menangis sesenggukan dan Sanaya mencoba menyemangatinya. Meskipun cuaca hari ini panas karena hari sudah semakin siang tapi kedua cewek itu masih betah untuk berada di taman.

"Ehm."

Suara deheman seseorang membuat Revi menghentikan tangisnya dan Sanaya pun menatap ke sumber suara. Matanya seketika terbelalak lebar, jantungnya berdegup keras karena takut melihat siapa yang kini sudah berdiri di depan mereka.

"Bisa gue bicara sama lo? Cuma. Berdua." Cowok itu menekan kata di akhir kalimatnya, membuat Revi yang tadinya ingin berucap harus tertahan ketika melihat raut wajah serius orang itu.

My Other HappinessWhere stories live. Discover now