My Other Happiness

33.9K 1.2K 420
                                    

Sanaya masih menangis keras di pelukan Sicka sembari menunggu dokter yang masih menangani Rega di salah satu rumah sakit di Bogor.

Di depan ruangan dimana Rega tengah ditangani kini dipenuhi oleh anak-anak inti TBM, juga Rion dan Sakha yang tengah menengadahkan tangan sembari berdoa. Semua melakukan hal yang sama, yaitu berdoa. Berharap agar Rega selamat.

Alfan yang tengah menggendong Raffa yang tertidur pun ikut berdoa sambil berdiri.

Cklek

Sontak saja semua berhenti dari doa bersama dan mengalihkan pandangan pada dokter juga suster yang baru keluar dari ruangan.

"Bagaimana anak saya dok? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Sicka sambil merangkul Sanaya.

"Maaf Bu sebelumnya, saya hanya bisa membantu seadanya, saya tidak bisa memutuskan apa-apa saat ini. Pasien kehilangan banyak darah, dan kebetulan rumah sakit kehabisan stok darah. Jadi dia hanya mendapat sedikit darah untuk menolongnya. Kita berdoa saja semoga dia akan baik-baik saja. Oh iya, pasien sudah sadar, apabila ingin bertemu mohon untuk bergantian." Jelas dokter panjang lebar.

Semua disitu mengehela nafas lega tatkala mendengar Rega sudah sadar. Kemudian Sanaya menyuruh mertuanya juga adik iparnya untuk masuk duluan.

Sekitar sepuluh menit kemudian mertuanya juga Sakha keluar. Tetapi raut sendu yang terpancar dari wajah mereka. Sekarang giliran anak-anak TBM yang masuk. Tak sampai lima menit mereka juga keluar dan yang Sanaya lihat juga sama, wajah mereka sendu.

"Pak Alfan, Rega menyuruh anda masuk." Ucap Awan yang segera di angguki Alfan. Alfan pun masuk sambil menggendong Raffa.

Alfan tersenyum tipis kala melihat Rega yang tersenyum padanya. Setelah dia berada di pinggir ranjang Rega, Alfan melihat-lihat luka yang dibalut oleh dokter. Juga Rega yang sedikit kesusahan dalam bernapas.

"Sepertinya sakit sekali, kalau saya jadi kamu mungkin saya tidak akan bertahan lama." Alfan membuka pembicaraan.

"Apa anda mau menggantikan posisi saya?" Rega berucap tanpa membalas perkataan Alfan tadi.

"Maksudmu apa?" Alfan mengernyit tak mengerti.

Rega tersenyum tipis, dia melirik Raffa yang sepertinya menemukan kenyamanan yang sesungguhnya di Alfan karena dia ayah Raffa, mungkin ikatan batin antara anak dan orang tua begitu kuat.

"Raffa sudah menemukan ayahnya yang tepat. Saya tidak akan berbicara panjang lebar, Anda hanya ada dua pilihan. Mau atau tidak." Alfan makin tak mengerti dengan perkataan Rega.

"Baiklah, apa itu?" ucap Alfan pada akhirnya.

Rega tersenyum puas, "Gantikan saya untuk menjaga Sanaya. Tolong buat dia bahagia. Hanya itu saja." Rega menarik nafas kuat-kuat lalu dihembuskannya pelan. Sepenuhnya dia sadar akan apa yang dia ucapkan, tetapi entah kenapa dadanya begitu sesak.

"Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?" Alfan marah.

"Ya, saya sadar sekali. Saya butuh kepastian bapak. Bagaimana? Mau atau tidak." Rega bertanya dengan wajah yang serius.

Alfan menunjuk Rega dengan jari telunjuknya, "Kamu..." Alfan benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. "Hah baiklah saya mau." Setelah itu Alfan berjalan keluar ruangan.

Ketika Alfan keluar, dia mendapat tatapan dari Sanaya yang seketika membuatnya bergetar karena mata itu. Entah kenapa mata itu selalu berhasil membuatnya bergetar tanpa alasan yang jelas.

"Masuklah..." Rion menyuruh menantunya itu masuk, sedari tadi Sanaya memang menunggu agar semua orang lebih dulu yang menjenguk Rega. Tanpa berpikir dua kali Sanaya melangkah masuk.

My Other HappinessOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz