MOH- Empat

31.9K 1.3K 30
                                    

Ruang tengah rumah Rion kini begitu ramai tapi hanya ada keheningan yang tercipta di antara mereka. Mereka tidak tahu harus memulai pembicaraan darimana. Tapi akhirnya Afkar buka suara sebagai orang tertua disitu karena ayahnya belum bisa datang.

" Untuk Raka ,saya meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh cucu saya dan membuat Sanaya ikut terseret menjadi korban disini. " Raka melirik sekilas putrinya yang duduk disebelahnya lalu kembali menatap Afkar.

" Semua sudah terjadi pak, lagipula kita tahu disini hanya kesalahpahaman. Tapi karena itu ,saya ingin kalian dan sekeluarga bisa menerima Sanaya menjadi keluarga baru kalian." Balas Raka sambil menepuk pundak Sanaya pelan.

" Bapak tenang aja, saya akan menjaga Sanaya. Karena dia sudah menjadi tanggung jawab saya sekarang. Dan untuk alasan apapun saya tidak akan menceraikannya" Rega berucap dengan tegas dan mantap sambil menatap Sanaya yang enggan melihat ke arahnya.

Diam-diam Susi menghapus air matanya merasa bahagia ,karena anaknya sudah ada yang menjaganya dan menemaninya. Dia memeluk Sanaya erat. Raka yang melihat keluarganya itu pun ikut tersenyum.

"Kami ucapkan selamat datang di keluarga Sinegar " sambut Sicka dan semua yang ada disitu ikut tersenyum.

"Ya sudah karena hari sudah larut malam, sebaiknya kita pulang ke rumah masing-masing. Oh iya Raka, kalau kamu tak keberatan kamu dan istri bisa menginap dirumah kami. " Tawar Afkar kepada Raka.

Afkar mengerti bagaimana keadaan rumah Sicka dan Rion yang hanya memiliki tiga kamar saja. Maka dari itu dia menawarkan untuk menginap dirumahnya yang hanya ditempati oleh Satria beserta istri dan satu anaknya, Saga.

"Yah karena kebetulan saya belum istirahat dari tadi ,saya tidak menolak" Ucap Raka dan membuat semua tertawa.

Kini mereka semua sudah bersiap-siap pulang ke rumahnya masing-masing.

- oOo -

Sanaya kini hanya duduk diam dengan kaku di pinggir kasur kamar milik Rega. Hanya malam ini dia tidur berdua dengan Rega, besok dia dan Rega baru akan pindah ke apartemen milik cowok itu dan dia tidak akan mau sekamar dengan Rega.

Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Rega yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek selutut. Dia menggosok-gosok rambutnya dengan handuk sambil memandang Sanaya yang sudah tak memakai jilbabnya.

Tanpa mengatakan apapun Sanaya langsung masuk ke kamar mandi dengan bajunya yang tersampir di lengannya. Tak lupa dia juga menutup pintu dengan keras, karena Rega yang mandinya terlalu lama dan harus membuatnya menunggu dengan penuh kebosanan.

Rega mengendikkan bahunya acuh melihat Sanaya yang membanting pintu. Lalu dia merebahkan dirinya di kasur. Entahlah rasanya hari ini dia terlalu lelah, seakan-akan dia menanggung beban dipundaknya.

Dia melirik pintu kamar mandi sekilas lalu kembali merenung. Didalam kamar mandi itu adalah orang baru di hidupnya dan yang akan menemaninya sampai dia tua nanti. Semua janji yang dilontarkan olehnya kepada ayah mertuanya melintas dipikirannya ,untuk janji itu dia tak akan mengingkari. Karena bagi dia sendiri mungkin Sanaya adalah orang yang ditakdirkan untuknya.

Hanya saja, Rega tak yakin apakah semua akan baik-baik saja pada akhirnya?apakah suatu saat nanti dia akan mencintai Sanaya? Dia tidak tau untuk hal itu. Biarlah waktu yang menentukan nantinya.

Rega tersentak saat Sanaya tiba-tiba mengambil bantal dan meletakkannya di lantai. Kapan Sanaya selesai mandi?

Sanaya meletakkan bantal diatas karpet beludru dan merebahkan dirinya mengabaikan tatapan heran Rega. Dia masih sebal untuk melihat wajah Rega, di wajah Rega tidak menampakkan rasa bersalah sedikitpun meskipun tadi dia sudah minta maaf, tapi tetap saja hal itu membuatnya kesal.

My Other HappinessWhere stories live. Discover now