MOH- Duapuluh Satu

21.4K 1K 43
                                    

Berbagai sekolah di Jakarta kini telah selesai melaksanakan PTS. Meskipun hanya PTS tetapi hal itu mampu membuat para murid tetap pusing juga stres. Beruntunglah sekarang semua serba modern karena perkembangan zaman. Dari mulai yang dulunya PTS dengan sistem tulis di kertas kini tinggal menggerakkan tetikus untuk memilih jawaban yang tersedia di layar komputer. Hasil ulangan pun langsung keluar. PTS sudah seperti UN di masa tahun 2019. Ya begitulah, semakin tahun berganti semakin maju pula perkembangannya.

Dulu yang Jakarta sering terjadi banjir, kini sudah bisa diatasi, pepohonan makin banyak. Bumi kembali asri, hutan hutan yang dulunya sempat terbakar sampai beribu hektar kini sudah kembali seperti semula. Tetapi kejahatan juga semakin marak dan belum bisa efektif teratasi.

Berbeda dengan sekolah lain apabila sehabis PTS akan berleha-leha, maka  Sanaya tengah mempersiapkan segalanya untuk penampilan teater produksi yang akhir-akhir ini menguras tenaganya. Ya tepatnya nanti jam dua siang teater akan di mulai di aula sekolahnya. Tiket menonton sudah disebar sebelum hari-H dan ternyata banyak yang ingin menonton teater Morabest dengan bukti penjualan tiket ludes habis. Dan untuk menambah keuntungan lain, anak teater juga membuka stand stand makanan dan minuman juga berbagai macam hasil karya tangan anak teater di halaman sekolah.

"Kak Sanaya, para penonton sudah berdatangan." Lapor salah satu anak teater yang bertugas menjaga keamanan di bagian gerbang.

"Oke pantau dan awasi terus saja ya..." balas Sanaya yang diangguki oleh adik kelasnya itu.
"Rara, jangan lupa konsumsi untuk juri juga kepala sekolah di siapkan. Kata Pak Trisno juri akan segera tiba."

Rara-adik kelas Sanaya yang tengah menata meja dan kursi khusus untuk juri juga para guru-guru terpilih itu mengangguk dan tersenyum.

"Sanaya, didepan ada pacar lo sama gengnya udah nyampe. Perlu gue sambut meriah kagak?" Sarayu menaikkan alisnya menggoda Sanaya. Entah sejak kapan cewek itu berdiri di sebelah Sanaya.

"Nggak usah, makasih." Ucap Sanaya datar. Dirinya sudah tegang karena takut acara ini tidak sesuai ekspektasi, tapi sang ketua teater masih saja mengajaknya guyonan.

"Santai elah San, yakin acara kali ini pasti lancar insyaallah... Usaha tidak pernah mengkhianati hasil." Perlahan Sanaya tersenyum dan mengangguk, saat matanya mengedar ke penjuru aula, dia mendapati Rega dan teman-temannya sudah duduk manis di atas karpet. Memang model yang dibuat adalah penonton akan duduk lesehan.

"Kipasnya belum di nyalain anjir, kuy kita nyalain. Kasian kalo penontonnya kepanasan." Sanaya mengangguki ajakan Sarayu. Sarayu menyalakan kipas di deret bagian kiri dan Sanaya bagian kanan.

"WEH bu bos!" Sanaya menoleh dan ternyata salah satu anak TBM menyapanya.

"Haii, thanks ya udah mau dateng. Gue nggak bisa lama-lama disini, emm kalau kalian haus atau laper mampir ke stand aja yakk. Gue permisi dulu." Sanaya segera ngacir keluar aula, entah kenapa dia selalu merasa malu sekaligus gugup apabila berhadapan dengan teman-teman Rega.

Drtt drrt

Sanaya mengeluarkan ponselnya yang bergetar, dan ada satu pesan WhatsApp yang membuatnya tersenyum.

Rega's wife

Sukses ya🌹 my wife.

Sanaya mengulum bibirnya menahan senyum ketika membaca pesan singkat itu, mungkin bagi orang lain itu hanya pesan biasa saja. Tapi bagi Sanaya itu adalah hal yang manis dan mengesankan.

Setelah itu, Sanaya duduk di salah satu stand minuman yang dijaga Revi, dan acara pun sudah dimulai.

- oOo -

My Other HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang