Pregnant??? Lucky!!!

988 99 10
                                    

Tiga bulan berlalu dengan cepat. Kehidupan pernikahan Jiyeon dan Sehun semakin hari semakin manis, tidak banyak yang berubah hanya saja keduanya lebih leluasa menjalani hari.

Seperti pagi ini, sejak lima belas menit yang lalu Sehun terus merengek kepada istrinya itu agar Jiyeon tidak pergi bekerja. Entah kenapa untuk hari ini Sehun sangat ingin bermanja dengan Jiyeon

"Sayang ayolah, kau kan belum mengambil cuti dalam bulan ini" rengek Sehun tak menyerah

Jiyeon menatap jengah Sehun, "Oppa, pekerjaan ku sedang banyak, lagipula kau sudah memporsir waktuku dalam bekerja, aku merasa tidak enak dengan rekanku yang lain Oppa"

Sejak Jiyeon kembali bekerja semenjak insiden saat itu, Sehun mengklaim pihak rumah sakit yang notabenya adalah miliknya agar istrinya itu hanya bekerja dari jam 9 hingga sore hari.

"Rumah sakit itu adalah milikku, aku berhak melakukannya, lagipula kamu harus lebih banyak mengahabiskan waktu denganku sayang, aku tidak ingin kamu lebih banyak dirumah sakit daripada dirumah"

Itu adalah jawaban Sehun saat Jiyeon protes dengan jam kerjanya,

"Jangan pergi ya heum?" bujuk Sehun lagi

Jiyeon menghela nafasnya lelah, sekuat apapun ia menolak, suaminya itu akan tetap kekeuh menahannya, "Arraseo, kalau begitu biarkan aku memasak heum, Oppa laparkan?"

Sehun mengangguk kuat, "Aku mencintaimu" ujarnya mengecup sekilas bibir manis Jiyeon lalu melepas kungkungannya pada tubuh wanita itu.

Sehun tak habis pikir dengan moodnya hari ini, sejak kemarin ia terus merengek tidak karuan terhadap Jiyeon, bahkan tak jarang istrinya itu mengomel risih karena ulahnya. Tapi beginilah Sehun, dia akan sangat egois jika itu menyangkut istri tercintanya.

Jiyeon menatap isi kulkas mereka, hanya ada brokoli dan beberapa potong daging di sana, "astaga aku lupa belum belanja bulan ini"

"Ada apa sayang?"

Jiyeon menggeleng pelan, "Sepertinya siang nanti kita harus ke supermarket Oppa, bahan-bahan di kulkas sudah habis" jawabnya, meraih beberapa potong daging tersebut.

Sehun bergidik ngeri saat Jiyeon mengambil daging dari dalam kulkas, perutnya serasa mual detik itu juga, membuatnya harus berlari cepat ke arah wastafel.

"Oppa kenapa?" khawatir Jiyeon, menghampiri Sehun yang terlihat berusaha untuk mengeluarkan isi perutnya.

"Perutku tidak enak sekali sayang" lirih Sehun, keringat dingin membasahi dahinya.

Jiyeon khawatir, dengan sayang ia mengusap lembut wajah Sehun, "Oppa pasti kelelahan"

Huekkkk....

Sekali lagi, Sehun hanya memuntahkan cairan putih dari mulutnya, tidak ada apapun yang di keluarkan.

Jiyeon memijat tengkuk Sehun pelan, begitu cemas dengan keadaan sang suami.

"Bagaimana? Apa masih sangat mual?"tanya Jiyeon sambil terus memijat tengkuk Sehun.

Pria itu mengusap sekitar mulutnya, berbalik dan mendekap Jiyeon, rasanya tubuhnya begitu lemas sekarang.

"Oppa pasti masuk angin, ayo sini duduk, biar ku buatkan teh hangat untuk Oppa" katanya menuntun Sehun untuk duduk di kursi bar.

Sehun menelungkupkan wajahnya pada sisi meja, tubuhnya begitu lemas dan tak bersemangat, bahkan untuk sekedar mengangkat badannya untuk tetap tegak.

Jiyeon melirik Sehun, apa ini semua karena ia yang hanya memberi Sehun makan malam dengan ramen kemarin?

"Sayang...."

My Beloved Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang