04

9.1K 1.7K 177
                                    

Bang Chan menatap tajam Lea. "Gak usah nyoba bikin gue marah."

"Gue gak nyoba bikin lo marah, tapi perkataan lo itu keterlaluan! Gak usah terlalu angkuh! Gue juga bisa sama cowok lain! Gue gak takut, dia bisa lindungin gue!"

Brak! Bang Chan menggebrak meja sembari bangkit berdiri. Lea menelan ludahnya, tapi dia sudah menyiapkan bahan untuk melawan Bang Chan, kalau dia hendak menyerangnya.

"Jangan bikin gue nge-klaim lo milik gue dengan cara yang paling menakutkan buat lo!" kata Bang Chan.

Kening Lea mengkerut. "Gue bukan barang yang bisa lo milikin, atau dimilikin orang lain!"

Raut wajah Bang Chan, semakin menunjukan kalau ia benar-benar marah sekarang, Bang Chan kembali menggebrak meja, sembari menunjuk Lea. "Mau bikin gue lebih marah?!" Lea bungkam. Akhirnya dia tidak berani untuk kembali mengajak Bang Chan berdebat.

•••

Lea tidak bisa tidur, Ibunya terus mengirim pesan kalau ia khawatir, meskipun Lea sudah berusaha meyakinkan, kalau ia baik-baik saja saat ini.

Salah satu tangan Bang Chan, tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Tubuhnya kemudian ditarik ke belakang, hingga punggungnya bertemu erat dengan dada Bang Chan.

Bang Chan meletakan kepalanya di atas kepala Lea, sambil sesekali mengusak rambutnya pada pipi atau rambut Lea.

"Kenapa belum tidur?" tanya Bang Chan dengan nada suara seraknya.

"Belum bisa aja," balas Lea.

"Lo mau tau sebuah fakta gak?"

"Fa-fakta apa?"

Bang Chan tiba-tiba mendekatkan bibirnya tepat di atas telinga Lea.

"Sebenernya bokap gue gak bunuh diri, tapi gue yang bunuh." Bisik Bang Chan.

Lea seketika bangkit duduk, sembari mendorong tubuh Bang Chan untuk menjauh darinya. Matanya menatap Bang Chan dengan sorot mata ketakutan.

"Gue kira lo gak akan percaya, tapi lo bahkan langsung ketakutan. Kayaknya dari awal lo sebenernya udah curiga ya?" tutur Bang Chan sembari bangkit berdiri. "Tapi... lo gak punya bukti apa-apa buat ngelaporin gue." Bang Chan kemudian tersenyum tanpa dosa.

"Kenapa lo lakuin itu?" tanya Lea.

"Gue sebenernya udah ngerencanain itu dari lama, cuman kemaren, pas banget gue nemu timing yang tepat, jadi gue malah ngebunuh Ayah gue, tanpa rencana." Cerita Bang Chan sambil cengengesan. "Lo gak lupakan? Waktu nemu mayat Mama gue di rumah sama Ibu lo? Sampe udah hampir busuk gitu lagi. Dan lo juga pasti gak lupa, waktu Ayah gue ngancem Ibu lo buat tutup mulut, kalau dia yang udah bunuh Mama gue."

Lea terdiam. Dia jelas tidak lupa semua kejadian mengerikan beberapa tahun silam. Berawal dari dia menemukan Bang Chan di tengah jalan dengan kondisi mengenaskan, sambil menangis, Bang Chan meminta tolong padanya, dan juga Ibunya.

Bang Chan bilang Mamanya dibunuh, dia minta setidaknya jasad Mamanya diurus, tidak hanya dibiarkan di gudang rumah. Kemudian Ayah Bang Chan, meledakan ujung belati di bawah dagu Ibunya, sebagai ancaman untuk tutup mulut.

"Bayangin, seorang Ibu yang sangat lo cintai, dibunuh sama sama orang yang selama ini lo percaya."

Lea terdiam. Kalau Bang Chan membahas masa lalunya, Lea jadi tidak bisa bicara apa-apa.

"Waktu itu kenapa Ayah lo ngelakuin itu?" tanya Lea.

"Ayah gue selingkuh, selingkuhannya gak mau dinikahin, sebelum Ayah gue cerain Mama, tapi Mama gak mau cerai, karena mikirin nasib gue. Bahkan dia rela kalau mau di poligami. Akhirnya jalan satu-satunya biar Ayah gue bisa sama selingkuhannya itu, ya bunuh Mama." Tutur Bang Chan, dengan ekspresi wajah yang mendadak hilang.

"Gue akuin, sifat buaya Ayah gue itu, nurun ke gue. Tapi gue selalu keinget sama Mama, setiap gue nyoba berpaling ke cewek lain, atau minimal macarin dua cewek. Gue... gue udah janji ke diri gue sendiri, gue gak mau ada yang nasibnya kayak Mama, jadi gue cuman bakal suka dan setia sama satu cewek, yaitu lo. Anak perempuan kecil yang udah nolongin gue, relain beani rajutan Ibunya buat ngelap darah gue."

"Tapi... gue sangat menyayangkan diri gue sendiri, karena gue tetep gak bisa ngontrol diri gue buat bertindak kasar ke elo."

Lea diam. Dia tidak bisa merasa tersanjung, atau merasa jatuh cinta mendengar penuturan Bang Chan, karena perlakuan kasar Bang Chan, tidak bisa lepas dari ingatannya, mau semanis apapun perkataan Bang Chan.

"Mungkin gue kesannya jadi kayak terobsesi sama lo, tapi percaya sama gue, semua tindakan gue itu, karena gue sayang sama lo."

Lea menghela napas, dan hanya bisa menganggukan kepalanya.

"Tapi lo juga jangan ngelakuin hal gila lagi," ucap Lea. "Cukup sekali lo ngotorin tangan lo."

"Iya..." ucap Bang Chan.

"Ya udah lo balik tidur gih." Kata Lea.

"Lo?"

"Gue mau ke kamar mandi dulu."

Bang Chan akhirnya kembali berbaring, sementara Lea pergi ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Lea cuci muka, kemudian terdiam di depan kaca besar yang ada di atas wastafel.

'Gue harus kabur dari Bang Chan, dia pembunuh.'[]

'[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Who is Christopher? | Bang Chan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang