07

7.6K 1.5K 139
                                    

Bang Chan menahan tangan Lea yang memegang cutter, tubuh Lea seketika gemetaran. Cutter yang ia niatkn untuk ditancapkan pada perut Bang Chan, malah melesat ke lengan.

"Berani juga ya lo?" kata Bang Chan sembari mencabut cutter itu dari tangannya.

Lea langsung melangkah mundur, tapi Bang Chan mencengkram pergelangan tangannya, dan menarik Lea agar tetap berada di dekatnya.

"Kali ini gue gak akan perpanjang masalahnya, dan lo gue lepasin." Kata Bang Chan sambil menunjuk Woojin. "Tapi besok, kalau ada kejadian kayak gini lagi, gue gak segan-segan cabut nyawa lo."

"Dan lo Lea, lo ikut gue sekarang."

"Gue mau pulang!" seru Lea.

"Apa lo pikir dengan kejadian kayak gini, gue bakal biarin lo pulang hah?!" bentak Bang Chan yang membuat Lea bungkam.

Bang Chan kemudian menarik tangan Lea untuk pergi. Tapi Woojin tiba-tiba menendang kepala Bang Chan dari belakang.

Pegangan tangan Bang Chan pada Lea pun otomatis terlepas. Bang Chan langsung memegangi kepala bagian belakangnya yang baru ditendang.

"Dari awal gue udah nyangka lo itu aneh, dan bener aja. Lo emang seaneh dan berbahaya itu." Tutur Woojin.

Bang Chan berbalik badan, dan hendak menyerang Woojin, tapi Woojin sudah lebih dulu meninju tepat pada bagian ulu hati Bang Chan. Membuat Bang Chan seketika tidak bisa berkutik.

"Lari Lea," titah Woojin.

Lea tanpa pikir panjang, menuruti perintah Woojin, tanpa mau melihat ke belakang sedikit pun.

Nyawanya yang utama.

•••

"Bu, kita harus pergi sekarang. Gak usah bawa apa-apa, yang penting kita pergi dulu aja yang jauh dari sini, kalau udah aman, baru kita balik lagi buat ambil barang."

"Loh, kenapa tiba-tiba?"

"Bu, aku udah bilangkan kemaren? Bang Chan itu gila, dan sekarang dia bener-bener gak mau lepas dari aku. Ayahnya juga bukan bunuh diri, tapi Bang Chan bunuh."

"Terus anak yang namanya Woojin di mana? Katanya kita bakal pergi sama diakan?"

Lea terdiam. Ia mengambil ponselnya, dan langsung mencari kontak Woojin.

Dengan tangan gemetar, Lea menekan kontak tersebut. Ia tidak siap untuk mendengar kabar yang buruk, karena sejak beberapa menit lalu setelah Lea sampai di rumah, Woojin belum kunjung menghubunginya.

Membuat Lea memiliki prasangka buruk. Apakah Woojin berhasil menangani Bang Chan.

"Ha-halo," gumam Lea, setelah telfonnya diangkat.

"Lea, lo udah sampe rumah?"

"Kak! Ya ampun, Kakak gak papa?! Maaf gue udah ninggalin Kakak."

"Udah, gue gak papa. Gue maklum kok, lo pasti ketakutan banget."

"Bang Chan gimana?"

"Dia pingsan, gue tinggal di halaman sekolah. Tapi gue udah hubungin rumah sakit buat jemput dia."

"Se-sekarang kita bisa pergi?"

"Iya, gue bentar lagi sampe rumah lo. Lo siap-siap."

"Tapi lo yakin semua amankan?"

Woojin tidak menjawab di seberang sana hingga beberapa saat.

"Iya, semua aman."

•••

Woojin tidak bisa memasang ekspresi apapun, saat sambungan telfonnya dengan Lea baru saja diputus.

Ia kemudian melirik Bang Chan yang berdiri di depannya.

"Emang ya kalau ancemannya keluarga, bisa langsung nurut." Kata Bang Chan sambil menyeringai kecil. "Apa keluarga itu seberharga itu ya? Tapi bagus sih, gue jadi gampang ngapa-ngapain kalau kayak gini."

"Kenapa lo kayak gini?" tanya Woojin.

Kening Bang Chan mengkerut. "Kayak gini apa? Ngancem lo? Kalau lo gak ganggu hubungan gue sama Lea, gak akan ada kejadian kayak gini kok. Lo yang mulai."

"Lo dan Lea kan gak ada hubungan apapun. Lo gak berhak dan gak pantes ngekang dia. Dia bukan milik lo." Kata Woojin.

"Dia milik gue. Gue dan Lea itu takdir."

"Lo gak normal, lo psikopat."

"Tau apa lo tentang gue? Udahlah, pokoknya, jangan lagi coba-coba deketin Lea, apa lagi bantuin dia buat kabur. Lea gak akan pernah bisa kabur dari gue."

"Dia gak bahagia sama lo, dia ketakutan. Biarin dia bebas, kalau lo emang suka sama dia."

Bang Chan mengambil pisau lipat dari saku jaketnya, kemudian menyodorkan ujungnya di bawah dagu Woojin.

"Detik ini, lo gak usah ikut campur urusan gue dan Lea lagi. Gue gak pernah kasar sama Lea, kecuali dia emang berulah, kayak sekarang."

•••

Tok, tok, tok. "Itu pasti Kak Woojin, Ibu tunggu sebentar, aku bukain pintu dulu." Kata Lea sembari bangkit berdiri dan bergegas ke pintu.

Cklek. Pintu dibuka, raut wajah Lea seketika sumringah, melihat Woojin yang kini sudah berdiri di depannya. Namun Woojin tidak menunjukan raut wajah yang sama.

"Kak, tapi luka Kakak kayaknya jadi makin parah, sebelum pergi, mending gue obatin dulu ya lukanya?" tutur Lea.

"Emang mau pergi kemana?" Lea tersentak saat tiba-tiba mendengar suara Bang Chan. Orang yang sangat ingin Lea hindari itu, tak lama muncul dari belakang tubuh Woojin.

"Lo kira lo bisa kemana hah?"[]

Kesel sama diri sendiri, gk bs nulis cerita ini dg panjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kesel sama diri sendiri, gk bs nulis cerita ini dg panjang. Maafffff

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now