35

10.6K 1.2K 432
                                    

Kebusukan itu, mau disimpan serapih dan serapat apapun, pada akhirnya akan tetap tercium aromanya. Itu sudah jadi kalimat umum, yang banyak diketahui orang.

Tapi kenapa orang-orang masih banyak melakukan hal keji, dan berusaha menutupinya agar tidak diketahui orang? Bukankah lebih baik tidak melakukannya sama sekali? Atau mengakui kesalahan lebih awal, minta maaf, dan menebusnya.

Brak! "Kamu tau perbuatan kamu itu sudah mempermalukan Polisi?! Mau kamu buang bukti, mau kamu hapus semua bukti. Bukan berarti perbuatan kamu gak bisa kebongkar!"

Setelah meja digebrak, dan bentakan keluar dari mulut atasannya. Ponsel, uang, serta benda-benda lain yang menjadi bukti kerjasama antara Bang Chan dan Acha dikeluarkan semua dan diletakan di atas meja.

Bagaimana cara mereka mendapatkan semua ini? Padahal begitu Acha ditangkap, dia sudah memastikan benda-benda yang berkaitan dengan kerjasamanya dan Acha, sudah ia musnahkan. Apa ia kurang teliti? Atau Acha menyimpan sesuatu di rumahnya, yang membuat hal ini jadi terbongkar? Atau malah Acha mengadu?

Kepala Bang Chan jadi terasa berat karena banyaknya spekulasi yang muncul di benaknya.

Padahal sekeras apapun dia berusaha mencari tahu kenapa semua perbuatannya bisa terbongkar, itu tidak akan merubah apapun.

"Kamu memang cerdas, tapi bukan berarti rencana kamu bisa selalu sempurna. Karena pasti selalu akan ada celah untuk membongkar semua perbuatan kamu." Tutur pria paruh baya berkumis, dengan rambut cepak itu.

"Apa kamu pikir para pembunuh itu gak punya rencana? Meskipun butuh waktu bertahun-tahun buat menangkap mereka, tapi itu jadi bukti kalau perbuatan mereka, bukan berarti gak akan ketahuan."

"Kamu itu Polisi. Kamu tau gak tugas Polisi itu apa? Mengayomi, melindungi, dan memberantas kejahatan! Tapi apa yang kamu lakuin? Kamu malah jadi pelaku kejahatan! Kamu sebut diri kamu Polisi? Dengan tingkah kamu yang gak lebih dari iblis."

"Yang terparah, kamu memanfaatkan anak-anak di bawah umur buat hal kayak gini. Kondisi Acha yang kesusahan ekonomi dan dapet siksaan dari Ayahnya, malah kamu manfaatin. Perasaan dan otak kamu di mana?"

Meskipun rentetan hujatan sudah dihujani padanya, raut wajah Bang Chan sama sekali tidak menunjukkan ia merasa bersalah, menyesal, atau apapun.

"Saya gak bisa menahan buat gak bilang ini ke kamu, tapi kamu itu kayak bukan manusia. Kamu mengerikan. Kamu bener-bener berbahaya buat orang lain."

Kali ini kalimat pria itu berhasil membuat kepala Bang Chan menunduk, dengan matanya bergetar.

'Kamu berbahaya buat orang lain.' Kalimat itu seketika langsung terngiang terus di benaknya.

Itu berarti dirinya juga berbahaya untuk Lea dan calon anaknya, pikir Bang Chan. Saat orang lain yang mengatakannya, kenapa dia baru percaya dan mengakui? Padahal selama ini Lea sudah memberitahu, kalau dia berbahaya. Itu sebabnya Lea sering menjauh dan takut dengannya.

Tidak, dari dulu Bang Chan sudah sadar dan mengakui. Tapi dia tidak peduli, karena dia tahu semengerikan dan seberbahaya apapun dirinya, Lea tetap akan menerimanya. Tapi setelah dia berpisah dengan Lea, dan akan ada orang baru di kehidupannya, Bang Chan jadi sadar.

Lea tetaplah manusia biasa, yang punya rasa takut dan khawatir. Apa lagi pada seorang pembunuh sepertinya. Dia juga bukan seseorang dengan mata yang tertutup oleh cinta. Yang bisa menerimanya, sekalipun dia sudah menghabisi nyawa orang lain.

Dan anaknya... belum tentu anaknya bisa menerima kekejian Ayahnya. Juga bisa saja, Bang Chan lepas kendali lalu menyakitinya. Bang Chan selama ini hanya selalu melihat seorang Ayah yang menyakiti buah hatinya, di bawah alam sadarnya, dia bisa saja mengulang perbuatan Ayahnya padanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now