25 ⚠

8.6K 1K 87
                                    

Bang Chan tersenyum puas, melihat jasad pria yang dalam kondisi 95% terbakar, dengan kepala terpenggal.

Tapi saat ia sedang meneliti jasad, Bang Chan tersadar ada darah di sela kuku pria itu, di tangan kanannya.

Bang Chan tidak tahu darah siapa itu, tapi dia berinisiatif membersihkannya. Mungkin saja ini darah Acha atau anak laki-laki yang membunuhnya.

'Gak boleh ketahuan sekarang. Tunggu sampai korban terakhir.' Batin Bang Chan.

•••

Acha keringat dingin, ia kemudian memegangi bagian sisi pipinya yang terasa perih. Pria itu membekap mulutnya, sekaligus menancapkan kukunya, hingga menembus kulitnya.

Apa yang tadi dia liat mengerikan sekali. Sangat mengerikan, bahkan Acha mungkin tidak akan bisa menelan makanannya untuk beberapa hari ke depan.

Kenapa ada makhluk semengerikan Han? Bahkan dia ada di sisinya. Kenapa tidak pernah ada orang baik di sekelilingnya.

Tunggu, tidak. Ada satu orang yang baik di hidupnya...

"Kakak!"

Bruk. Bertepatan dengan suara Seungmin yang terdengar, kaki Acha tidak mampu lagi menahan bobot dirinya. Ia jatuh ke tanah, dan Seungmin berusaha berlari secepat yang ia bisa untuk menghampiri Acha.

"Kak, Kakak gak papa? Kakak kenapa?" tanya Seungmin khawatir, setelah ia berada di depan Acha.

Acha tidak menjawab, dia rasanya sangat sedih dan takut, tapi entah kenapa tidak bisa menangis.

Acha hanya bisa memperlihatkan ekspresi datar dengan tatapan mata yang kosong.

Seungmin menyibak rambut Acha ke belakang, dan menemukan luka bekas tusukan kuku di sana.

"Ini kenapa?" tanya Seungmin.

"Kita pergi dulu dari sini." Balas Acha.

"Oke, ayo pulang."

"Jangan pulang! Nanti Ayah pulangkan?"

Seungmin menghela napas. "Terus mau kemana?"

"Ke hotel, motel, atau tempat penginapan. Gue gak mau pulang!"

"Oke, oke, ayo kita pergi sekarang."

•••

Lea merasa terganggu karena merasakan sesuatu yang lembab menggelitik telinga dan lehernya.

"Chan, apaan sih?" protes Lea.

"Aku lagi seneng." Balas Bang Chan sembari mendekap erat pinggang Lea dari belakang, karena posisi tidur Lea menyamping.

"Seneng kenapa? Kasus yang kamu tanganin hampir selesai?" tanya Lea dengan mata yang enggan ia buka.

Sekarang masih tengah malam, dan dia masih mengantuk.

"Yah, sebenernya udah hampir sih. Cuman masih banyak yang harus diselidiki lagi." Tutur Bang Chan. "Badan kamu masih sakit?"

"Yah, menurut kamu aja." Balas Lea. "Makanya gak usah macem-macem."

"Kamu juga udah percaya aku gak terlibat di kematian temen-temen kitakan?"

Kening Lea mengernyit. "Temen-temen? Bukannya yang baru meninggal satu aja ya?"

Bang Chan bungkam, ah, keceplosan. Bang Chan tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak punya ide untuk menutupi kesalahan bicaranya barusan.

Yah, tapi sebenarnya Bang Chan dari awal juga tidak berniat terlalu menutupi perbuatannya, Lea pasti juga nanti akan menyadarinya, meskipun dia berusaha menutupinya. Apa lagi Lea seorang psikolog, dia bisa membaca perilaku seseorang, juga kondisi mentalnya.

Bang Chan akhirnya pura-pura tidak dengar dan malah menyusupkan kepalanya di ceruk leher Lea, sembari memasukan sebelah tangannya ke dalam baju yang Lea kenakan.

Lea terdiam, tidak berniat menampik tangan Bang Chan, dia berkutat dengan pikiran serta perasaannya sendiri. Dibanding ingin menuduh Bang Chan, memarahinya, dan menasehatinya, Lea lebih merasa takut. Jangan-jangan besok, dia akan mendengar berita yang serupa seperti yang belum lama ini ia dengar.

Meskipun orang-orang itu pernah menindasnya dan Bang Chan di masa lalu, sama sekali tidak terbersit di pikirannya untuk balas dendam. Lebih baik dia melupakan orang itu, dan sama sekali tidak mau mendengar kabarnya. Dari pada balas dendam, yang tidak akan ada ujungnya.

Bang Chan di masa lalu, pernah membunuh Ayahnya sendiri. Itu saat usia Bang Chan masih sangat belia, sekarang dia sudah dewasa, dan pasti punya pemikiran lebih brilian untuk melakukan hal keji seperti itu.

Bang Chan tiba-tiba merubah posisi tubuh Lea jadi telentang, kemudian ia memposisikan tubuhnya di atas tubuh Lea, sambil menyeringai.

Lea selalu merinding melihat seringaian Bang Chan, ditambah dengan pemikirannya tadi terhadap Bang Chan. Rasanya Lea memang sedang berhadapan dengan seorang psikopat.

"Are you scared, baby girl?" tanya Bang Chan dengan nada rendah. Lea tidak menjawab, tapi jelas di mata Bang Chan, Lea terlihat menelan ludahnya.

"Kalau pun aku emang terlibat, kamu mau apa?"

"Ch-Chan, please jangan kayak gitu." Kata Lea dengan alis bertaut cemas, serta tatapan yang memohon.

Bang Chan tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya langsung membungkam bibir Lea dengan bibirnya, lalu tangannya bergerak brutal, merobek baju, mencakar, mencengkram tubuh Lea. Yang membuat Lea berteriak secara tertahan, sembari memberontak.

•••

Seungmin mengoleskan antiseptik pada luka yang ada di wajah Acha. Acha masih tampak murung, dan terus menundukkan kepalanya.

"Sebenernya ada apa sih?" tanya Seungmin.

Acha tidak menjawab, dia malah berhambur ke pelukan Seungmin sembari terisak kecil. Seungmin akhirnya memilih tidak tanya lebih lanjut, ia menepuk kepala Acha, dan salah satu tangannya melingkar di tubuh Acha.[]

[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now