28

5.5K 1.1K 161
                                    

Lea terbangun di jam enam pagi, dan sepertinya seluruh penghuni rumah masih tidur. Setelah merenggangkan otot-ototnya, Lea bangkit duduk dan mengambil tas selempangnya untuk mengambil ponselnya dari dalam sana.

Sudah semalaman dia tidak menghubungi Bang Chan. Bang Chan pasti panik dan khawatir, tapi untuk menghubunginya dan pulang, Lea juga tidak berani. Siapapun akan takut kalau berhadapan dengan pembunuh kan? Meskipun Lea tahu Bang Chan tidak akan mungkin membunuhnya, tapi dia menyakiti dirinya. Bahkan untuk beberapa hari ke depan, Lea sepertinya tidak akan bisa melihat dasi serta sabuk celana.

Lea merinding kalau mengingatnya saja.

Lea yang awalnya berniat menyalakan ponselnya kembali, setelah ia matikan semalaman, jadi mengurungkan niatnya. Ia kembali menyimpan ponselnya di tas, kemudian beranjak dari kasur.

Kalau mau lihat-lihat rumah Minho, tidak apa-apakan? Mumpung belum pada bangun juga.

Tapi saat Lea hendak membuka pintu kamar, keningnya mengernyit. Pintu kamarnya dikunci.

'Minho kenapa ngunci aku?' batin Lea.

Perasaan Lea mendadak tidak enak. Pikiran-pikiran buruk menyergapi benaknya.

"Kenapa dikunci sih?" gumam Lea gelisah, sembari memutar-mutar knop pintunya.

'Hah, tenang Lea, tenang, jangan sangka buruk dulu.' Batin Lea berusaha menenangkan diri.

Tak lama terdengar suara-suara di depan pintu, yang membuat Lea sontak bergerak mundur sedikit dari pintu.

Pintu terbuka, menampilkan Minho yang sedang membawakan sarapan sembari tersenyum.

"Udah bangun dari tadi ya?" tanya Minho.

"I-iya," balas Lea. "Kenapa pintunya dikunci?"

"Kenapa emangnya kalau dikunci?"

"Ya aneh dong, kecuali gue sendiri yang kunci. Gue kan pengen liat keluar."

"Gak ada yang menarik di luar. Nih, gue bawain sarapan." Kata Minho sambil menyodorkan nampan berisi makanan dan air mineral.

Lea pun menerimanya sambil bergumam terimakasih, tapi kemudian menatap Minho dengan kening mengernyit.

"Gue mau makan di luar aja sama lo dan Ibu lo. Kenapa gue harus makan di kamar?" tutur Lea.

"Lo kan masih sakit, jadi mending diem di kamar aja." Balas Minho.

"Ah, gue kan cuman luka luar doang, masih bisa kok ngapa-ngapain. Sakitnya gak sampe ke dalem badan." Kata Lea.

"Gue kasih tau ini demi kebaikan lo, jadi lo di kamar aja oke?"

"Terus berarti gue gak bisa ke klinik juga gitu hari ini?"

"Ya iyalah. Lagian kalau lo sekarang ke klinik, lo bisa ketemu sama pacar lo kan?"

Lea menghela napas, sembari mengusap tengkuknya sejenak. Yah, benar sih. Tapi melihat raut wajah Minho, kok rasanya ada yang aneh? Dia tampak gelisah, tapi berusaha menutupinya.

"Ada masalah?" tanya Lea.

"Lo mau nginep di sini sampe lamakan?" Minho malah balik bertanya.

"Eung... gak tau. Tapi gue gak bisa lama-lama di sini, setelah gue menghilang beberapa hari, gue yakin pacar gue jadi sadar sama kesalahannya. Jadi pas gue balik, dia gak akan lakuin kesalahannya lagi." Kata Lea.

"Kenapa lo mau balik lagi sama dia yang jelas-jelas udah lukain lo? Mending lo tinggal di sini, sama gue dan Ibu. Lo bakal hidup aman dan gak akan terluka." Tutur Minho.

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang