29

5.3K 1K 136
                                    

Changbin langsung membawa Minho ke ruangan kerja mereka, dan memojokannya ke dinding sambil menatapnya tajam.

"Lea sama lo kan? Gue denger Lea mau nginep di rumah lo." Kata Changbin sembari mengusap darah yang keluar dari bibirnya menggunakan punggung tangan.

"Kalau sama gue, emang kenapa?" balas Minho.

"Terus kenapa lo gak jujur aja huh? Pacarnya nyariin sampe kayak gitu! Gue yang kena getahnya anjing!"

"Woy, sabar dong. Lea itu dipukulin sama pacarnya, makanya dia mau nginep sebentar di rumah gue, sampe pacarnya sadar. Cuman... kayaknya pacarnya gak akan sadar."

Changbin menatap Minho, dengan tatapan dingin. "Gue tau lo Min, Lea maunya nginep sebentar di rumah lo, tapi lo pasti gak akan biarin itukan?"

Minho tidak menjawab, ekspresinya tak kalah datar dan dingin dari Changbin.

"Udah gue bilang, Lea gak akan bisa jadi milik lo. Lo sama Lea, batasnya cuman jadi sahabat." Tutur Changbin.

"Bisa, kalau gue usahain."

"Usahain apa njing? Please lah, pake pikiran rasional lo."

"Rasional? Udah dari lama gue nunggu kesempatan ini."

"Minho! Emangnya dengan kayak gini, Lea bakal suka sama lo?"

"Gue gak butuh perasaan dia, yang penting Lea bisa sama gue."

Changbin menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir Minho.

"Lo psikolog, tapi malah lebih gila dari orang-orang yang terapi." Kata Changbin.

Minho hanya diam tidak menanggapi perkataan Changbin. Yah, dia sadar kok, dia gila karena sudah melakukan hal ini. Tapi mumpung ada kesempatan, kenapa dia harus menyia-nyiakannya?

"Lo pasti udah tau gue bakal kayak gitu, tapi kenapa lo diem aja waktu Lea minta nginep di rumah gue huh?" ujar Minho.

"Gue gak ngira lo bener-bener ngelakuin apa yang ada di pikiran gue." Balas Changbin.

"Yah, kalau gitu lo salah." Kata Minho. "Sekarang pun gue yakin Lea lagi berusaha kabur, jadi lo gak perlu khawatir."

•••

Lea menatap jendela kamar dengan gusar. Meskipun kunci jendela yang bagian dalam sudah dibuka, rupanya dibagian luar jendela juga dipasang slot.

Lea meraba-raba kaca jendelanya, untuk mengira-ngira seberapa tebal kacanya.

Ia kemudian mundur, dan mencari-cari alat yang kira-kira bisa memecahkan kaca jendela tersebut.

Tapi yang bisa ia temukan, hanya kursi lipat dari besi yang disimpan di selipan lemari.

Lea mengulurkan tangannya, dan menarik kursi lipat tersebut. Sedikit susah untuk menariknya, karena terjepit cukup rapat dengan lemari.

Srak! Setelah cukup usaha, kursi tersebut akhirnya berhasil Lea ambil.

Ia menghela napas lega, sembari berjalan ke arah jendela. Namun dia membuat jarak cukup jauh dari jendela. Lea kemudian mengangkat kursi yang ada di tangannya, sembari ambil ancang-ancang untuk berlari ke jendela.

Dalam hitungan lima detik, Lea berlari ke arah jendela tersebut, sembari menghantam kacanya menggunakan kursi besi, dengan sekuat tenaga. Duk! Suara hantaman kursi ke kaca jendela, terdengar cukup keras. Tapi rupanya Lea hanya menghasilkan retakan.

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now