17

6.6K 1.3K 124
                                    

"Ini dua ponsel baru untuk kamu. Kamu bilang si pelaku ahli mereras kan? Satu ponsel kamu gunakan untuk memancing umpan, dan satu lagi untuk berkomunikasi dengan saya. Salah satu ponsel sudah diprotek, jadi kamu tenang aja, dia gak akan bisa ngeretas hp yang satu. Tapi kalau kamu punya rencana lain, kamu juga bisa hubungin saya dengan ponsel yang biasa." Ujar Bang Chan sembari menyerahkan dua buah ponsel pada Acha.

Salah satu masih ada di dalam dus, dan satu lagi tidak.

"Ini udah ada nomor barunya?" tanya Acha, yang Bang Chan balas dengan anggukan kepala.

"Yang di dus, yang biasa, yang ini," Bang Chan menjeda sejenak ucapannya sembari menunjuk ponsel yang tidak ada di dalam dus. "Yang ini yang diprotek. Saya harap kamu bisa gunain fasilitas yang saya kasih sebaik mungkin."

Acha mengangguk.

"Kalau gitu saya pergi dulu,"

"Iya Pak, hati-hati."

Bang Chan pun bergegas pergi, sementara Acha menunggu sampai sekitar 10 menit, sebelum dia keluar dari samping gedung sekolah.

Dia harap tidak bertemu dengan Han, apa lagi anak itu baru saja melayangkan nyawa orang lagi kemarin.

Ughhh... kenapa sih ada orang gila seperti Han?

Tapi sepertinya harapan Acha harus pupus, orang yang sangat tidak ingin ditemuinya itu, kini malah tengah berdiri di depan gerbang sembari menatapnya.

Acha berusaha mengabaikannya, dengan setengah berlari ia masuk, dan mengabaikan Han.

•••

"Yang jahat gak mesti karena emang sakit jiwa, atau emang ada penyakit mental, tapi ya dasarnya emang jahat aja." Tutur Minho.

"Mana ada. Bayi itu waktu lahir putih dan bersih hatinya, kalau sampai tumbuh jadi orang jahat, pasti ada pengaruh lingkungan, yang akhirnya munculin berbagai sakit mental." Balas Changbin.

"Nih ya, meskipun bayi itu hatinya bersih, manusia itu tetep punya sifat bawaan. Misalnya egois, pendendam, dan pemarah. Kalau sifat-sifat kayak gitu dipupuk, ya tumbuh subur." Kata Minho. "Jadi orang itu jahat gak mesti karena dia emang sakit jiwa, atau ada penyakit mental."

"Yang jelas juga bukan dari orang baik yang tersakiti, karena orang baik pasti bakal legowo udah disakitin orang juga."

Changbin melirik Lea, yang sedari tadi tidak bersuara dan hanya menyimak obrolannya dengan Minho. Padahal pembahasan ini terjadi, karena pertanyaan yang Lea ajukan.

"Lagian kenapa lo tiba-tiba nanya, ada atau enggak, orang jahat yang gak sakit mental?" tanya Changbin.

"Enggak, gue cuman kenal seseorang. Dia gak jahat sih, cuman gimana yaa... otaknya licik, pemarah, pendendam, terus keras kepala. Dia juga gak segan ngelakuin apapun buat balas dendam. Padahal secara psikolog, dia tuh normal." Balas Lea.

"Tuh kan, itu mah emang dasarnya aja dia kayak gitu." Timpal Minho.

"Masak kecilnya tapi emang buruk juga. Ayahnya bunuh Ibunya sendiri di depan dia, terus dia dipukulin habis-habisan sampe jalan aja ngerangkak. Hah, pas remaja Ayahnya ketahuan korupsi, yang bikin dia harus pindah sekolah. Dan gak taunya di sekolah baru dia tetep dibully." Ujar Lea.

"Udah coba lo nasehatin baik-baik? Orang kayak gitu harus dituntun." Kata Changbin.

"Gue selalu jaga dia, biar gak ngelakuin yang aneh-aneh. Tapi kayak yang gue bilang, dia itu licik, cerdas, pinterlah. Gue juga gak bisa 24 jam sama dia teruskan? Entah apa yang dia lakuin di belakang gue, gue bener-bener takut." Kata Lea.

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now