Senorita

2.4K 294 62
                                    

MATURE CONTENT ALERT!

containing murder, harsh words, and many more.

.

.

.

.

.

.

.

Irene selalu tahu bahwa setiap pekerjaan di daratan bumi ini memiliki risiko mereka masing masing. Dan ia selalu tahu, bahwa pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran memiliki risiko yang luar biasa tinggi.

Sakit, luka, cedera, dan bekas keunguan dari hantaman para target kliennya bagai makanan sehari hari baginya. Namun identitas dan nyawa, mereka adalah dua aspek yang wanita itu pertaruhkan di sepanjang kariernya.

Bodoh untuk tidak mempercayainya sedari awal, namun Irene muda sama sekali tidak mengubris kata kata peringatan dari pengarahnya tiga tahun lalu-saat ia masih begitu muda, begitu membangkang, dan juga begitu baru menyelam di dunia gelap di bawah senapan.

Hingga pada tahun ke tiga ia menjalankan pekerjaan jasa memotong nyawa manusia demi berdigit digit uang di dalam rekeningnya ini, ia tersadar. Bahwa tidak hanya identitas dan nyawa yang ia pertaruhkan di sepanjang karier gelap ini. Namun juga orang yang ia sayangi.

Tepat di sebelah tubuhnya-sang teman sejawatnya, sang kekasih hati, sang pemilik hati, calon suaminya-terduduk lemas di kursi kayu dalam keadaan tidak bernyawa.

Pukulan bengis dengan tongkat baseball di tengkuknya, sayatan tipis di sekunjur lehernya, dan luka tusukan besar tepat di sisi kiri dada pria itu-jelas itu tidak lagi menampakan kondisi prima lelaki yang ia sangat idamkan menjadi objek pertama yang ia lihat bangun tidur.

Dia mati. Calon suaminya mati. Junmyeon-nya sudah mati.

Tidak ada yang wanita itu dapat lakukan demi menyelamatkan sang kekasih. Seluruh tubuhnya diikat kuat pada kursi. Tali tambang yang kasar mengikat seluruh pergelangannya hingga memerah. Namun sekarang, tidak hanya pergelangan wanita itu yang memerah. Tapi juga wajahnya cantiknya ikut memerah.

Marah, sedih, kesal, dan takut bercampur menjadi satu di rongga dadanya. Beribu duraian air mata seakan tidak melunakan sedikitpun target yang seharusnya telah ia bunuh. Irene takut, menyadari bahwa ia lah yang menjadi target selanjutnya yang akan meregang nyawa.

Tidak punya hati? Jelas target yang seharusnya ia bunuh itu tidak mempunyai hati bahkan sedangkal parit sekalipun.

Tidak lama setelah ia menghabisi nyawa Junmyeon dengan pisau sakunya, ia bertanya, "kenapa menangis? Kau sedih sudah tidak bisa melihat calon suamimu tersenyum lagi?" ucapnya dengan suara iba yang dibuat buat. "kalau begitu, aku akan membuat pria kesayanganmu ini kembali tersenyum."

Lalu ia merobek dalam pipi Junmyeon dengan pisau, membuat sebuah kurva paling menyeramkan yang pernah Irene lihat seumur hidupnya.

"bagaimana? Cantik bukan? Sekarang kau akan tetap bisa melihat senyum manis calon suamimu meskipun ia telah mati."

Pria itu-mengatakannya dengan begitu mudah. Begitu ringan, seakan tidak ada beban yang terpikul di kedua tangannya yang penuh darah. Kedua obsidian tajam pembunuh itu menatapnya ringan, seakan dia tidak melihat guratan sedih dan takut di wajah Irene.

VIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang