End of the Time

1.4K 215 47
                                    

Tidak ada yang dapat Taehyung lakukan selain melabuhkan pandangan kepada Joohyun, istrinya, yang tengah sibuk merias pohon natal seorang diri di ruang tengah apartment mereka. Berbeda dengan tahun lalu di mana mereka menaruh pohon natal mereka di ujung ruangan, kali ini mereka meletakkan pohon natal berukuran besar itu di samping jendela apartment. Kata Joohyun, agar langit pagi dan awannya juga langit malam dan bintangnya dapat ikut menjadi dekorasi pohon natal mereka.

Yah, Taehyung tidak terlalu memikirkan hal itu sebenarnya. Ia memberi kebebasan pada istrinya untuk menaruh dan mendekorasi pohon natal mereka dengan apa pun. Hanya saja, ada sesuatu yang mengkhawatirkan bagi Taehyung.

Pria itu melepas napas berat sebelum melirik arloji di pergelangan tangannya, "31 Desember, pukul 23. 40 KST." Taehyung kembali melepas napasnya di udara. Sangat mengkhawatirkan.

"Joohyun, aku sudah cukup bingung disaat kau menolak memberi hadiah ulang tahun padaku kemarin. Aku juga cukup sabar tidak mendapat birthday sex kemarin. Tapi yang kali ini..." Taehyung menggeleng kepalanya, kehabisan akal. "Apa kau ingin aku mendatangkan psikolog untukmu? Apa kau stres menjadi istriku? Atau kau menjadi pengikut ajaran Kristen Orthodoks(1) sekarang?"

Joohyun mendesis pelan seraya menaruh bola natal terakhir di pohon. Netra cantik miliknya melirik ke arah Taehyung yang mengambil langkah mendekat, lalu duduk di sebelahnya dengan raut wajah penuh dengan pertanyaan. Menghela napas kecil, Joohyun memakaikan topi santa di kepala Taehyung dengan senyum tipis di bibir.

"Three celebration in one night. Bukankah itu lebih menghemat pengeluaran kita?"

"Selebrasi apa maksudmu?"

"Natal, ulang tahunmu, dan tahun baru. Kita rayakan di malam yang sama. Aku tidak ingin mengeluarkan terlalu banyak uang di akhir tahun." telapak Joohyun meraih pipi Taehyung hangat kemudian menepuknya beberapa kali. "Kalau seperti ini aku hanya perlu memberimu satu hadiah, bukan tiga."

Taehyung mengangkat satu alisnya; tidak mengerti. Ia meraih tangan Joohyun di pipinya, menghadiahkan sebuah kecupan ringan di pergelangan tangan wanita itu, kemudian meniti kotak-kotak hadiah di sekitar pohon natal dengan pandangan masih tidak mengerti logika istrinya. "Kalau kau hanya memberiku satu hadiah, kenapa ada banyak sekali kado di sini? Apa ini hanya hiasan pohon?"

"Not really. Dari segelintir hadiah yang aku berikan, ada satu doorprize untukmu, Tae. Kau pasti akan suka dengan doorprize yang telah aku persiapkan." Joohyun menyeringai lalu menarik tangannya dari genggaman Taehyung. Wanita itu menggiring semua kado yang telah ia persiapkan ke depan Taehyung. "Bawa hadiahmu! Kita bertukar hadiah sekarang."

Kening Taehyung mengerut tipis lalu beranjak mengambil bertumpuk-tumpuk kotak hadiah yang telah ia persiapkan untuk Joohyun. Ketika ia menaruh semua hadiahnya di atas lantai---dihadapan Joohyun---Taehyung membuka baritonnya, "jika hadiahmu bukan membiarkanku mendominasi malam ini, maka tidak ada yang bisa kau sebut sebagai doorprize, sayang."

"I'm pretty sure you gonna love the prize, Taehyung."

Kembali, Taehyung melempar pandangan tidak mengerti kepada sang istri. Akal pria itu sibuk bekerja memikirkan hadiah apa yang akan Joohyun berikan padanya sebagai hadiah utama. Ia rasa, Joohyun memang sedikit aneh akhir-akhir ini. Apakah karena tontonan tengah malam yang biasa ia tonton dan membuatnya terbahak-bahak itu? Atau mungkin karena terlalu sering menghabiskan waktu dengan instruktur yoga Kang Seulgi yang suka melatur itu? Entahlah, Taehyung tidak tahu pasti.

Meraih salah satu kotak hadiah yang Joohyun berikan padanya, obsidian pria itu menatap hadiah di tangannya dan wajah Joohyun bergantian. Entah mengapa perasaannya tidak enak perihal kotak ini. Membuka kertas kado yang membungkus hadiah tersebut dengan hati-hati, kening Taehyung mengerut tebal melihat isi dari hadiah pertamanya.

VIEWحيث تعيش القصص. اكتشف الآن