Make Up pt. 2

2.3K 312 43
                                    

Bae Joohyun-ah, apa harus aku panggil Noona?

Entahlah, aku tidak terlalu yakin kau masih menerima sisi aroganku yang begitu berani memanggilmu begitu akrab, persis seperti di hari hari bahagia kita. Tapi sepertinya aku akan tetap mempertahankan sisi aroganku kali ini untuk tetap memanggilmu Joohyun.

Aku tidak peduli kau akan kembali memukul punggungku dengan kedua tangan lentik itu karena aku berani memanggilmu begitu akrab, seakan jarak empat tahun yang berbentang diantara kita hanyalah angka yang tiada guna.

Aku sangat suka menyebut nama indahmu meskipun hanya sebuah bisikan dalam batin. Bisikan yang bahkan tidak dapat didengar orang namun berpengaruh begitu besar bagiku. Sekujur tubuhku seakan hidup kembali setiap kali aku membisikan namamu di dua tahun yang menyiksa ini.

Tapi, mana yang lebih menyiksa; dua tahun tanpa kehadiranmu disisiku atau kembali berhadapan denganmu, pemilik semestaku?

Dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk bermetamorfosa. Seperti aku yang menjadi lebih baik dari Taehyung di dua tahun yang lalu, dan kau yang semakin nampak menawan di kedua manikku.

Dua tahun sudah terlewati, namun kau masih memegang kokoh seluruh semestaku, Joohyun.

Di bawah sinar lampu keemasan yang menyinari surai halusmu, kau duduk tepat di hadapanku dengan menghidangkan sepantri senyum manis yang sewaktu waktu dapat membuat kedua sisi wajahku merah padam.

Seakan masih ingin membuatku nyaris pingsan di tempat, kau memangku manis wajahmu dengan tangan lentik yang sewaktu dulu pernah aku genggam begitu eratnya. Sembari diselingi tawa ringan diantara cerita ceritamu, kau menatapku begitu dalam dengan kedua manik berkilauanmu. Seakan kau ingin memamerkan betapa indah galaksi yang kau simpan di dalamnya.

Aku tahu, Joohyun. Aku tahu kau menyimpan galaksi yang luar biasa indah di sepasang mata teduh itu. Galaksi yang selalu berhasil membuat sekujur tubuhku melayang karena terlalu terpesona akannya.

Joohyun, andai saja kau tahu, bahwa aku rela mati hanya demi menatap kedua galaksi itu lebih lama.

Ingin mendistraksi kepalaku dari betapa aku memuja dirimu, aku melayangkan satu pertanyaan yang sialnya-kau balas dengan rekahan senyum.

"jadi cafe ini milikmu sendiri?" tanyaku begitu ringan, seakan akan tidak ada pergejolakan batin yang menggelora di rungu batin.

Padahal jika kau ingin tahu, Joohyun-seluruh bagian tubuhku ingin berteriak setiap kali kedua ujung bibirmu tertarik ke atas. Kesehatan jiwa dan ragaku tidak lagi prima. Kau terlalu mempesonaku.

"iya, cafe ini aku sendiri yang memilikinya."

Kau tampak begitu bangga mengeklaim bangunan bernuansa musim gugur ini sebagai milikmu. Ah, pasti si kaya itu dengan cuma cuma mengeluarkan sedikit bagian dari kekayaannya untuk membangun cafe impianmu ini.

Jadi, Taehyung, kau sudah sadar betapa jauh jarak diantara kau dengannya?

Dengan rasa perih yang tersiram di rongga dada, aku bertanya, "sudah berapa lama kau memilikinya?"

"sekitar satu tahun yang lalu."

Satu tahun yang lalu. Yah, satu tahun yang lalu adalah saat saat terberat yang pernah aku alami jika kau ingin tahu, Joohyun.

Menjalani hidup tanpa ada lagi sosokmu yang mendampingiku, rasanya seperti berjalan di atas kobaran api yang menyala. Tampak sulit kelihatannya bukan? Meskipun aku sangat yakin berjalan di atas kobaran api tidak akan sama menyiksanya seperti saat aku menjalani hariku tanpamu.

VIEWWhere stories live. Discover now