V | 3/4 | mask and roses

1.2K 266 39
                                    

Pada hari ini, akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud dengan kata 'kerja lembur bagai kuda'. Keringat sebesar biji jagung, kulit memerah, tangan tertusuk duri, kaki menginjak kubangan, dan tidak bisa lebih parah lagi-semua orang sibuk menikmati semangka dingin di atas gazebo. Meninggalkan aku bekerja sendirian di kebun buah berjerawat ini.

"Taehyung, katanya kau ahli mengurus perkebunan strawberry. Mau menunjukan caranya pada kami?"

Halah, omong kosong.

Di bawah teriknya sinar matahari, aku menatap iri pada enam peserta volunteer lainnya yang menikmati semangka dingin mereka. Tanpa menampakan wajah bersalah atapun cemas, mereka dengan santainya menguyah buah dingin itu.

Jika bukan karena Kak Joohyun, aku pasti sedang berguling-guling di atas kasur sekarang.

"KAK JOOHYUN!"

oh, astaga. Aku benci pemilik suara itu, Jeon Jungkook. Si anak baru dari fakultas Hukum yang terus menempel pada wanita pujaanku. Wajahnya yang tampak awet muda, senyumannya yang lebar, giginya yang kudengar-dengar menggemaskan seperti kelinci, dan matanya yang cerah membuatnya seakan akan adalah bayi sekaligus idola di tim volunteer kami. Di tambah dengan suaranya yang indah, membuat pria berotot itu semakin menjadi idola disini.

Cih, seharusnya dia ikut audisi boy band saja. Bukannya mengikuti acara seperti ini.

Mau tahu apa yang lebih parah? Joohyun tampak nyaman dengan kehadirannya.

Bedebah, aku bahkan harus rela berpanas panasan dari segi fisik maupun hati karena melihat Joohyun yang melempar senyum padanya.

Sialan. Sialan. Sialan!

"hei, Kim Taehyung."

Aku menoleh ke sampingku, menyadari keberadaan pria bersurai logam yang ku ketahui bernama Namjoon itu kini menatapku dengan kedua mata kecilnya. "ada apa?"

"Kak Joohyun menyuruhmu beristirahat di gazebo."

What?

**

Kini aku tengah berdiri di depan kamar mandi umum di desa terpencil ini.

Ah, sepertinya aku belum sempat menceritakannya tadi. Kegiatan volunteer yang di prakarsai oleh Son Seungwan sejak dini hari tadi adalah kegiatan membantu keluarga Kakek Yoon, seorang lansia yang memiliki sehektar perkebunan strawberry di Pegunungan terpencil di Distrik Ilsan. Para buruh kerjanya yang hanya berjumlah tiga orang dinilai tidak cukup membantu keluarga kecil itu.

Di tambah lagi dengan keterbatasannya ekonomi, transportasi, dan komunikasi membuat kami harus bekerja lebih ekstra daripada masa orientasi akhir tahun lalu. Jarak desanya yang jauh dari pusat kota membuat kami harus berangkat pukul tiga pagi demi dapat membantu Pak Tua itu memanen strawberry segar di pagi hari.

Hari ini kami akan bermalam di pavilion milik Kakek Yoon yang terletak tidak jauh dari kebun strawberry kebanggaannya. Dan rencananya, besok sore kami akan pulang ke Seoul dengan mobil angkutan besar.

"hei, Taehyung. Bagaimana rasanya maskeran di tengah kebun strawberry?"

Aku memutar malas kedua mataku. Itu Sungjae, dari fakultas akuntansi. Lelaki yang kini ikut mengantri toilet umum dengan handuk mandi yang menyampir di pundaknya-seperti yang ku lakukan saat ini-terkekeh geli.

Benar saja, aku bisa jadi bualan anak se-kampus sepulang kegiatan volunteer ini.

Siang tadi cukup membuat hatiku yang terbang tinggi bersama awan cumulonimbus itu kembali jatuh ke daratan berbatu tajam dan berduri. Awalnya, aku sangat senang karena Joohyun memberikanku perhatian berupa ajakan beristirahat di gazebo sembari memakan semangka merah yang dingin.

Di otakku, terpantri wajah manis Joohyun yang menungguku sembari memanggil namaku.

Indah bukan?

Tapi seperti biasa, ekspektasi tidak pernah seindah realita.

Joohyun memang menungguku di gazebo, tapi tahu dia memanggilku apa?

"HEI! KAMU PRIA CELANA HELLO KITTY! SINI ISTIRAHAT!"

Tidak salah sih karena saat itu aku kebetulan memang menggunakan celana hello kitty yang kubeli di pinggir jalan karena celana keluaran ZARA-ku robek tersangkut semak semak dan tidak ada celana motif lain selain karakter kucing itu.

At least, Joohyun tidak susah susah memanggilku-karena pasti dia tidak tahu namaku, tapi...

Hah, aku tidak tahu it's a bless or a mess.

Sesampainya di gazebo, Joohyun meninggalkanku. Lagi-lagi aku di jatuhkan oleh ekspektasiku sendiri.

Dan yang paling parah, aku tidak tahu ada angin apa atau aku saja yang kelewat lelah, aku tertidur di gazebo. Itu mungkin menjadi hal biasa, seorang pekerja lapangan yang kelelahan setelah berkebun seharian di bawah terik matahari. Itu akan menjadi hal yang biasa, jika tidak ada sheet mask yang menempel di wajahku.

"wah, Taehyung," Dean merangkul bahu Sungjae. "aku tidak tahu ternyata kau suka perawatan wajah."

Mereka berdua terkikik. "pantas saja Kak Joohyun menolakmu."

Sebenarnya, aku sedikit berterimakasih pada orang yang memakaikanku sheet mask tadi. Kulit wajahku yang memerah kembali seperti semula dan dingin. Kulitku juga menjadi cerah dan lembab, membuatku merasa lebih tampan dari sebelumnya.

TAPI KENAPA HARUS SEKARANG?!

Huft, siapa sih yang memakaikan aku sheet mask?!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Joohyun, kau tidak jadi maskeran?"

"ah, tidak jadi."

"kenapa?"

"aku memberikannya pada seseorang."



____________

A/N:

selamat tahun baru semuanya!!! may hv lovely and nice new year & new you :))

ryukheii, 2020.

VIEWWhere stories live. Discover now