B B Y M 3 3

6.7K 376 14
                                    


Mata Iman melilau mencari kelibat Daniel di tasik itu, tiba-tiba dia ternampak seorang lelaki memakai t-shirt Champion berwarna kelabu. Iman menghela nafasnya lega. Dia tahu itu Daniel. Dia terus melangkah ke arah Daniel.

Hari ini Daniel tidak hadir ke sekolah. Iman sangat risau jadi dia mengambil keputusan untuk ponteng sekolah. Bodoh bukan? Dia keluar senyap senyap untuk pergi ke tasik yang selalu dikunjungi oleh Daniel.

Iman terus melabuhkan punggung di sebelah Daniel. Daniel menoleh ke arah Iman yang memakai uniform sekolah itu. Dia merenung Iman tenang.

"Kenapalah ponteng tak ajak aku?" tanya Iman tanpa memandang Daniel.

"Aku tak ada mood nak sekolah," balas Daniel lalu memandang ke hadapan semula.

"Aku ada dengar yang Adam pergi belajar dekat sekolah luar negara. Baru tadi tersebar dekat sekolah," ujar Iman.

Daniel mengeluh. Air matanya jatuh setitik. Sungguh dia tidak semangat untuk datang ke sekolah jika kawan rapatnya itu tiada. Belajar bersama, ponteng kelas pun bersama.

"I know you miss him. You can shed your tears on my shoulders, Daniel Woong Zi yao. I know you well. You always didn't go to school if something goes wrong," ujar Iman.

Daniel perlahan-lahan menoleh ke arah Iman tanpa menyeka air mata di pipi. Iman mengeluarkan tisu muka di dalam poket poket blazzernya lalu mengelap air mata di pipi Daniel. Daniel hanya diam membiarkan perbuatan Iman.

"Don't cry please. I can't see you like this," ujar Iman merenung mata Daniel.

"I know you well too. You always stop my tears when I cry. Since we're 5 years old," ujar Daniel tersenyum. Dia mengimbas masa lalu.

Imbas kembali

"Ummi! Abang Hadi take my toy!" adu Daniel kepada cikgu tadika itu.

"Hadi, give back Hadi's toy," arah cikgu tadika itu kepada Hadi.

"No. I take it first, so it's mine," ujar Hadi menyorokkan mainan itu di belakangnya.

"But I take it first from the basket!" bidas Daniel. Air matanya menitis.

"It's okay, Daniel. You can take it after he done or you can play it together," pujuk cikgu tadika itu mengusap kepala Daniel.

"But I want it now!" rungut Daniel tidak puas hati. Dia terus menangis sekuat hati. Hadi menjelirkan lidah ke arah Daniel.

Tiba-tiba Iman datang menghampiri Hadi lalu menepuk bahu Hadi. Iman merenung tajam mata Hadi.

"Iman nampak Daniel yang pegang kereta tu dulu. Bagi balik kereta tu," ujar Iman.

"My mom said we should respect people who older than us," balas Hadi mengundur ke belakang.

"Baik awak bagi sekarang sebelum Iman buat awak sakit," ujar Iman.

"Buatlah. Saya bagitahu ibu saya," ujar Hadi.

"Bagitahulah. Iman pun ada ibu juga," ujar Iman lalu memijak kaki Hadi kuat lalu merampas mainan di tangan Hadi.

"Arghh!!!!" jerit Hadi.

Iman terus melepaskan kaki Hadi . Dia terus menghampiri Daniel lalu menghulurkan mainan itu. Iman tersenyum.

"Kalau dia buli Daniel lagi nanti bagi tahu Iman tau," ujar Iman. Daniel ketawa kecil. Dia tersenyum.

"Thank you," ujar Daniel gembira.

Bad Boy You're Mine  (rewrite)Where stories live. Discover now