Ku panggil kau sayang

14K 2.5K 513
                                    

Harusnya setelah upacara kelas XII IPS1 akan langsung berganti pakaian untuk mata pelajaran olahraga, namun berhubung pak Bakri yang mengajar sedang sakit.

Ya bebaslah mereka, personil kelas itu sudah ada yang ke kantin, ada yang gitaran di kelas, bergosip, dan kalangan pintar akan ke perpustakaan tanpa menyia-nyiakan waktunya.

"Harta yang paling berharga, adalah kebun ganja~" Jami' memutar bola mata malas mendengar suara sumbang Hanif.

Kalau lagu biasa entah kenapa suara Hanif jelek, coba disuruh nyanyi dangdut kayak porak kemarin. Sumpah cengkoknya menggoyangkan sanubari.

"Jami', mau kemana? Kantin ya? Titip dong,"

Jami' yang sudah di pintu kelas berbalik.

"Titip doa? Gue mau ke musollah Nif."

Hanif mengangkat sebelah alisnya. "Heh? Si Jami' emang masuk rohis? Rohis ada rapat emang?"

Yang ditanyai Hanif memasang tampang heran.

"Lah elo tahu si Jami' mana mau dia ikut ekskul? Jami' kalau enggak ketawa-ketawa liat laptopnya, ya ngambil sapu dijadiin mic terus pura-pura jadi reporter."

Ah, tepat sekali. Seperti itulah Jami' yang dikenal seluruh penghuni kelasnya. Pecinta oppa dan pengagum nomor satu Najwa Shihab.

☘️☘️☘️

"Dilaporkan seorang siswi yang mau menyogok Tuhan sudah melakukan langkah pertamanya, baru jam,"

Immanuel melirik jam tangannya.

"Jam stengah 9 pagi ia sudah di musollah. Apalagi kira-kira yang dimintainya kini? Kita tunggu saja. Saya Immanuel Winaga meraporkan dari tempat kejadian."

Jami' yang baru saja selesai berwudhu memasang tampang malas, apalagi melihat Immanuel yang sok jadi reporter seolah meledeknya.

"Awas minggir, gue habis wudhu." Usirnya.

"Solat apa pagi-pagi gini?"

"Dhuha," Jami' menghentikan langkahnya. "Lo ngapain di musollah jam segini? Bolos ya lo?"

Immanuel menyegir lucu.

"Mau cuci muka, ngantuk belajar geografi, air di toilet gak ngalir. Gue ke musollah deh, biasanya di sini ngalir terus."

Immanuel membasuh wajah hingga telapak tangannya dan memercikkan sisa airnya pada Jami'.

"Kena gue woy!!!" Sebalnya.

"Hahaha ups sorry."

"Lo tuh kok nyebelin banget sih? Pertama elo nyeramahin gue soal doa, solat, padahal lo Nasrani, kedua elo sok ngatain dasar anak IPS, Padahal elo bahkan ketua kelasnya IPS 2, ketiga hhhhh,"

Jami' tidak dapat melanjutkan omelannya karena nanti bisa sepanjang ceramah pak kepsek kala upacara. Keburu habis waktu solat Dhuhanya.

"Intinya elo nyebelin."

"Tapi elo solat karena gue nasehatinkan kemarin? Soalnya elo gak pernah gue liat di musollah jam segini. Guekan sering ke sini cuci muka, ah segitu pengennya ya elo pengen masuk Jurnalistik di PTN?" Tebak Immanuel.

Dengan sisa air wudhu yang masih menetes di jari-jarinya, Jami' berbalik membalas percikan Immanuel tadi.

"Iya kenapa? Gak boleh gue ngejar impian gue?"

"Ya boleh. Emang siapa yang larang Jami'?"

"Eh, Immanuel—"

"Panggil El aja." Potongnya.

"Elo anaknya Ahmad Dhani?" Jami' mencibik.

"Kalau elo gue panggil apa? Jami' kayak nama cowok, gimana kalau Nurul aja? Nama depan lo?"

Jami' menggeleng kuat. "Nurul di sekolah kita ada 5 orang, pasaran namanya, gak mau ih!" Tolaknya.

"Ami aja kalau gitu?"

"Lo pikir gue emaknya Raffi ahmad?"

Immanuel menggaruk pipinya, susah juga mengobrol dengan makluk setengah batu seperti Jami' ini.

Pemuda itu memutuskan pergi saja, ijin ke toiletnya sudah terlalu lama. Namun sebelum pergi, Immanuel sempat-sempatnya mengacak rambut setengah basah Jami' yang kini memelototinya.

"Elo tuh yah, dipanggil Nurul gak mau, Ami gak mau. Gue panggil sayang juga nih lama-lama!"

Omel Immanuel sebelum berlalu meninggalkan Jami' yang sudah naik pitam.

"El!!! Elo ngerusak wudhu gue! Sialan!"

Immanuel berbalik dan tertawa.

Ah, Jami' itu baru wudhunya yang rusak ia sudah berteriak kesetanan seperti akan makan orang.

Padahal Immanuel sejak lama sudah rusak pertahan hatinya gara-gara Jami'.

Nurul Jami' yang selalu membuatnya tertawa dari jauh kala melihat perempuan itu pura-pura pingsan dan sesak nafas kala melihat oppanya di layar laptop dan Nurul Jami' yang obsesi jadi repoter hingga gagang sapu-pun dijadikan mic olehnya, belum lagi Hanif yang memegang skop sampah dipaksanya jadi cameraman dadakan kala jum'at bersih.

Sudah lama pertahanan hati Immanuel rusak, Nurul Jami' seolah meronta di hati dan kepalanya untuk dijadikan cinta pertama seorang Immanuel Winaga.

"Nif," Panggil El. "Gue mau minta tolong dong sama elo,"

"Apaan El? Kalau minjem duit gue gak ada sumpah!" Immanuel berdecih malas, kalau duitmah dia juga gak kekurangan.

"Bukan. Pengen minta tolong comblangin sama Jami'," Immanuel menggangkat dagu, memberi kode keberadaan Jami' di sudut kelas XII IPS1 itu.

"Si Nurul Jami'? Najwa shihab jadi-jadian itu? Yakin lo?"

"Hem. Tanggal 25 nanti ajak Natalan deh ke rumah gue."

-To be continued -

Hi, welcome. Sebelum membaca, ada beberapa chapter yang diprivate jadi silahkan follow penulis terlebih dahulu agar bisa membuka chapter tersebut. Terimakasih.💚

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

IMMANUEL & JAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang