Pembuka badai (2)

4.5K 1.1K 328
                                    

Jami lahir dan tumbuh di Indonesia yang beriklim tropis, ia tidak pernah merasakan musim dingin.

Namun, hubungannya dengan El seminggu terakhir serasa seperti musim dingin itu sendiri. Tidak ada obrolan random, makan siang bersama, kencan di sela kesibukan, hanya chat yang serasa dingin dan 50% tak berbalas satu dengan yang lainnya.

"Mau sampe kapan sih?"

Jami' bermonolog menatap ponselnya, sekali lagi ia mempertimbangkan permintaan El, tenggat waktunya besok, Jami' tidak ada kegiatan ataupun jam kuliah karena Imlek namun itu tidak mendorongnya menuruti permintaan Immanuel.

"Egois gak sih lo El?" Ucap Jami' sebelum air mata mengalir dari ekor matanya.

Immanuel Mi' besok bisakan?
Kalau mau dijemput telepon gue

Read

Di sisi lain Immanuel mengigit bibirnya sendiri, ia banyak memikirkan tentang hubungannya dan Jami' beberapa hari ini dan El merasa ia mengambil langkah yang benar, hanya Jami' yang terlalu takut untuk berada di jalan berduri bersamanya.

Memangnya kenapa dengan keluarganya? Meski Ayahnya keras dan pasti akan marah tapi tentu ia tidak akan menyakiti Jami', justu ini waktunya mereka jujur pada semuanya.

"Mi' gue cuma mau elo gak ada yang lain, makanya gue ngambil langkah berani kayak gini, harusnya elo di samping gue bukan sembunyi."

El yang tengah berbaring menutup matanya dengan siku dan menarik nafas panjang, ia tahu semuanya akan sulit sejak awal, tapi yang Immanuel kira ia akan melewatinya berdua dengan Jami' hingga tak sesulit itu, kenyataanya sampai esok hari, ia tetap sendiri, Jami' tak kunjung datang hingga malam tiba.

"Loh katanya Immanuel bawa pacar, kemana pacar mu El?" neneknya mulai bertanya, calon kakak iparnya dulu juga dikenalkan saat Imlek waktu Kun seusia Immanuel jadi wajar keluarganya menanyakan dimana Jami' sekarang.

"Ada acara keluarga juga Nai, lain kali pasti gabung kok." Jawab El.

"Tionghoa juga? Imlekan dia?" Buru-buru Immanuel menggeleng.

"Asli Malang Nai." Jawabnya.

"Kalau jadi pacar kamu dan serius, kamu harus mengajarkan dia tradisi keluarga kita yang keturunan tionghoa ini," Immanuel mengangguk paham, tentu lucu kalau Jami' ada di tengah-tengah mereka memakai baju merah dan tersenyum manis pada semuanya lalu merengek meminta angpao. Membayangkannya saja membuat Immanuel gemas.

"Ayah itu sebenarnya tidak masalah dengan sukunya, asal seagama. Orang yang mencintai Yesus kristus selalu hidup dalam kasih, tentu ia akan mencintai pasangan dan keluarganya seperti ia cinta dengan Tuhan."

Deg! Kalimat-kalimat yang keluar dari bibir Ayahnya seketika membuat Immanuel bungkam, pupilnya bergetar hebat, ragu-ragu ia mencoba berbicara,

"Bagaimana kalau dia cinta dengan Tuhan tapi bukan dengan Yesus?"

Semua orang di ruangan itu menatap Immanuel tajam, terutama Ayahnya.

"Apa maksud kamu El?"

"Bagaimana kalau dia menganggap Tuhan hanya satu, dan Yesus bukan sang juru selamat? Bukan Tuhan. Bagaimana?"

"IMMANUEL!"

"Pacar El,"

Immanuel menghela nafas panjang.

"Bukan Amy yang selama ini kalian kenal, Namanya Nurul Jami' dan dia muslim. Hari ini harusnya dia di sini, tapi karena Jami' takut dia berbeda, dia gak datang. El cuma mau jujur, biar kalau semuanya ketemu Jami' gak akan ada salah paham."

IMMANUEL & JAMIWhere stories live. Discover now