Menghargai

4.3K 1.1K 365
                                    

Tia Maaf ya El ngerepotin ampe nganterin pulang segala, makasih juga tadi makan malamnya. Salam buat Mama sama Papa kamu,
Moses juga, dia lucu banget.

Jami' sempat melotot malah seleum menarik nafas dan melihat balasan Immanuel.

Immanuel Iya, sama-sama. Candaan Papa jangan masukin ke hati, dia mah semua cewek juga mau dijadiin mantu.

Tia Iya, iya, enggak kok.
Haha makanya bawain calon mantunya yang asli dong El.

Immanuel Udah ada tapi calon mantunya ga mau dateng.

Tia Haha, minggu ibadah jam berapa Om sama Tante?

Immanuel Jam 8, barengan aja, nanti gue anterin pulang.

Tia Okay!

Read

"Huuuu haaaa huuu haaa." Jami' mencoba mengatur pernafasan dan berpikir positif setelah membaca percakapan itu,

percakapan yang tak mungkin ia dan El lakukan.... Ibadah jam berapa?

Tia El, sini sini ke kosan. Anak-anak pada ngumpul ngerayain pindahan gue.

Immanuel Otw.

"Bentar, inikan pas gue mau nelpon dan elo bilang lagi kerjain materi seminar? Seminar apaan di kosan Tia?"

Baru Jami' akan marah namun, kembali berpikir merekakan rame-rame di sana, pasti merayakan Tia pindahan sekaligus rapat kecil-kecilan.

Iya pasti begitu.

Tia Masih di sekre ga El?

Immanuel Iya nih, bentar lagi pulang.
Kenapa ada yang ketinggalan?

Tia Udah setengah 12 malem, gue pengen ayam bawang Cak Per. Udah pesan ojol tapi ga ada yang pick up.

Mumpung elo belum pulang mau temenin ga?

Immanuel Ya udah yuk.
Gue juga laper nih.

"Ngapain elo makan ayam bawang? Elokan ga suka?!" Kesal Jami' yang sudah diubun-ubun.

Tia makasih El udah ditemenin makan, dan makasih
udah dengerin curhat gue.


"Bentar, bentar, bentar."

Mata Jami' memperhatikan tanda hati berwarna merah dibelakang kalimat Tia, juga kata 'curhat' dan dikirim jam tiga pagi setelah makan ayam bawang?

Kalau tidak mengingat harga ponsel El yang puluhan juta. Udah Jami' banting dari tadi ponsel itu!

Jami' memberikan tatapan laser pada Tia, kebetulan mata mereka bertemu namun gadis itu dengan polosnya tersenyum dan melambaikan tangan.

"Woy! Melototin apa sih Mi'?" Immanuel menepuk bahunya, namun bukanya menjawab Jami' malah menarik tangan pemuda itu memberikan ponsel dan dompetnya.

"Nih ambil, gue mau cabut."

"Bareng pulangnya! Mau kemana? Woy!" Teriak El.

Jami' berbalik, tangannya mengepal, wajahnya merah padam karena marah yang tidak bisa ditunjukkanya.

"MAU CURHAT SAMBIL MAKAN AYAM BAWANG SAMPE JAM 3. BYE!"

Setelah itu Jami' marah, ia tidak pernah sekalipun memberikan silent treatment pada Immanuel, namun kini Jami' benar-benar menolak seluruh panggilan, pesan, bahkan saat di kampus Jami' akan menghindari pemuda itu.

Jangankan Immanuel, Tia saja sudah malas sekali Jami' lihat wajahnya. Ia memilih tidak ikut kajian saja.

"Pokoknya kalau aku punya temen cewek, terus dia akrab sama pacar ku sampe kelewatan kayak ngajak ketemuan, minta traktir, curhat, itu udah gak sehat. Jangan mau digoblokin lagi."

Rini dan Mimi mendatangi Jami' di sekretariat pers kampus karena temannya itu tidak ikut kajian yang berakhir dengan menceritakan masalahnya dengan Immanuel dan Tia.

"Ampe curhat? Dan pake emot love segala? Minta ditemenin makan tengah malam banget dengan alasan gak ada yang pickup pesanannya? Heleh Sylid, pacar ya pacar ya, temen ya temen. Pacar teman itu bukan pacar mu!"

Mimi menggebu, ia kesal dengan Tia masih dendam sejak minggu lalu dia diusir dari tempat duduknya.

"Terus El gimana responya Mi'?"

"Mau jelasin semuanya tapi abis seminar, himpunanyakan ngadain seminar nasional. Hari ini kelar sih, tapi gak ada tanda-tanda tuh dia bakal jelasin, lagian gue mau ke kampus sebelah nonton pemutaran film buat tugas sama Arjun. Nih gue lagi tungguin Arjunnya, Ashar dulu katanya."

Mimi menepuk tangannya girang.

"Andai tugas gue belum selesai, gue pasti ikut."

"Heleh elo mah cuma mau nonton Arjun!"

"Tau aja bu." Centil Mimi yang ditertawakan Jami' dan Rini pada akhirnya.

"Kalau boleh milih jodoh gue pengennya jodohnya ama Arjun aja, lemah aku sama cowok pake kaos hitam, alis sama rambutnya basah kalau abis wudhu, terus senyumnya itu astagfirullah."

"Alisnya Arjun tebel sih," Puji Jami'.

"Eh elokan dulu bilang lemah sama cowok beralis tebal. Tuh alis Arjun lebih tebel dari alis Immanuel, belok ajalah Mi' kalau yang satu nyakitin terus. Lagian Arjun lumayan loh, eh bukan lumayan lagi ini mah."

Mimi menggeleng tidak setuju, enak saja idolanya dihibahkan untuk Jami'!

"Apaan sih? Orang cuma temen,"

"Ya karena elo ga mandang dia sebagai cowok Mi', ya orang kalau punya pacar mau seganteng apapun yang deket sama dia, buta, buta! Yang ganteng cuma pacarnya doang."

Pembicaraan ini bahkan berlanjut saat Arjun makin dekat jaraknya,.

"Lihat dia Mi'." Rini menujuk Arjun yang berjalan ke arah mereka.

Arjun menyisir rambutnya dengan tangan, kaos hitam longgar di badannya, kemeja yang di gantungkan asal di tali ranselnya, begitu melihat Jami' ia menyunggingkan senyum terbaiknya. Sempurnah!!!

"Yuk, udah beres gue Mi'." Ajaknya.

"Yuk, gue duluan ya Rin, Mimi." Pamit Jami' meninggalkan kedua temannya melambai lemah.

Namun pemandangan indah itu berakhir saat seorang pemuda menghalangi jalan keduanya di koridor.

"Mau kemana?" Immanuel dingin.

"Kerjain tugas kajian sinema, nonton film di kampus sebelah sama Arjun. Yuk Jun, nanti telat kita." Jami' menarik ujung kaos Arjun mengabaikan Immanuel.

"Kitakan mau ngomong Mi'. Aku udah bilang habis seminar kita ngomong, aku jelasin semuanya. Kamu malah mau pergi sama cowok?"

Immanuel memandangi Arjun dan Jami' bergantian.

"Tahu istilah menghargai pasangan gak sih kamu Jami'?" 

-To be continued -


(

Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

IMMANUEL & JAMIWhere stories live. Discover now