Aku baru berani sekarang

7.6K 1.7K 319
                                    

Immanuel dan Jami' sudah mengatur kencan pertama mereka, jadwalnya nonton dulu dan itu seru bagi Jami' ia memang suka film perang, bagi El sih—ah sudahlah karena kerjaan pemuda itu hanya menatap Jami' sepanjang film.

Lalu mereka berdua makan restoran burger, kata El dia suka burger, sangat. Jadi Jami' mengikuti kemauan El tapi lain kali El juga harus makan di tempat penjual nasi liwet favorit Jami'.

Yang ketiga beli bubble tea.

"Variant favorit lo apa?"

"Roasted milk!" Jami' dan Immanuel menjawab bersamaan lalu saling tos.

Namun karena antrian pembeli yang panjang dan Jami' yang harus cepat pulang, mereka menyerah dan mencari kafe terdekat menikmati kopi atau teh dan bercerita satu sama lain dari hati ke hati.

"So, elo protestan?"

"Hem, yes I'am." El menggoyangakan kalung salibnya sembari mengesap machiatto pesanannya.

"Elo berapa bersaudara Mi'?" Gantian El yang bertanya.

"Dua, gue punya abang cowok tapi udah nikah."

"Really? Jadi tinggal elo dong di rumah? Sepi banget pasti, gue kalau gak ada abang sama adek gue tuh rasanya rumah sepi banget asli." Jami' mengangguk, ia memang kadang merasakan kesepian itu.

"Gue udah ketemu abang lo pas di toko itu, adek lo yang mana?" El mendekat dan memperlihatkan galerinya, disana ada anak umur 15 tahun tersenyum malu ke arah kamera.

"Gue udah ketemu abang lo pas di toko itu, adek lo yang mana?" El mendekat dan memperlihatkan galerinya, disana ada anak umur 15 tahun tersenyum malu ke arah kamera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Moses ini, si bontot, si yang paling banyak perintah, si yang paling gak bisa kerja-kerja rumah kayak nyuci baju sendiri, cuci piring, pokoknya manja banget." Lapor El pada Jami' yang sudah tertawa, sungguh ia paham perasaan adik El karena Jami' juga anak bungsu di keluarganya.

"Tapi secara fisik, anak bungsu tuh paling sempurna kata Hanif," Pernyataan Jami' membuat El menyengyitkan dahi tidak paham.

"Kata Hanif, anak pertama tuh cuma percobaan dan yang bontot tuh hasil dari pengalaman dari anak sebelumnya, jadi biasanya kakaknya jelek, adeknya cakep." Jami' menyengir lucu.

"Gue belum liat kakak lo sih Mi' tapi elo—" El menggaruk ujung hidungnya dan melihat ke arah lain.

"Cantik."

Pujian dan ekspresi malu-malu El membuat Jami' jahil mengacak rambut pemuda itu.

"Jadi Hanif jelek dong ya?" Ucap El kemudian. "Diakan anak pertama, mending gue anak kedua, orang tua gue udah pengalaman bikin abang gue jadi tampang gue lumayanlah ya. Hehe."

Jami' ikut tertawa, keduanya bertos ria.

"Kasihan Hanif, gak ada disini tapi digibahin mulu, pasti dia lagi keselek tuh." Ujar Jami'.

Asik bercerita dan tertawa, Immanuel tiba-tiba menutup wajahnya seolah ada orang lain yang masuk ke café dan tidak ingin ditemuinya, kala Jami' berbalik ia mendapati adik El yang dilihatnya tadi di galery dengan seorang wanita paruh baya yang mirip dengan El.

IMMANUEL & JAMIWhere stories live. Discover now