Terlalu banyak kala

9.2K 1.9K 292
                                    

Ini pertama kalinya Jami' merasa ada yang aneh pada dirinya, gadis itu menyeret kakinya dengan ekspresi datar, namun rasanya ada kupu-kupu yang menggelitiki perutnya, pipinya merah dan segala yang dilihatnya berubah jadi warna merah jambu.

Gejala apa ini?

"Dek, kamu demam?" Tanya sang Ibu kala anak bungsunya itu masuk ke rumah dan berjalan lurus ke kamarnya, bahkan tidak menyapanya sama sekali.

"Heh?" Jami' tersadar dan berusaha mengotrol ekspresinya. "Enggak Bu, Cuma capek aja jalan dari depan komplek sampai rumah."

"Ya udah besok Ibu jemput lagi,"

"JANGAN!" Kepala Jami' langsung menyembul dari pintu kamarnya, teriakannyapun mengagetkan sang ibu yang asik dengan infotaiment sorenya.

"Ma... maksudnya, Jami' udah gede bu. Malu kalau dianter jemput. Kayak Jami' gak bisa naik angkot apa ojek online aja. Ehem." Jami' berdehem canggung.

"Ya udah, istirahat aja kamu, nanti makan, mandi terus solat Ashar ya?" Jami' mengangguk dan buru-buru menutup pintunya kamarnya.

Gadis itu menyandarkan punggungnya pada pintu masih dengan pipinya yang merona merah, kaki-kaki kecil Jami' kemudian berjalan ke arah kasur dan membuang dirinya di sana.

Dengan bantal sebagai peredam suaranya Jami' berteriak...

"AAAAAAA!!!! Tadi apa itu? Apa?"

Bersama dengan kakinya yang menendang-nendang udara, otak Jami' tidak henti-hentinya memutar wajah Immanuel Winaga kala bermain gitar, kala menopang dagunya, kala ah!!! Terlalu banyak kala yang membuat Jami' gila.

"Sok banget lagi gue bilang gitarannya fals, padahal udah ambyar,"

Jami' merapikah duduknya, merapikan anak rambutnya dan menarik nafas.

"Huu, enggak Mi', enggak. Elo ambyar karena dia nyanyi partnya Jae sama Young K. Perempuan mana yang gak ambyar dengar part itu Nurul Jami'? Perempuan mana?"

"Joahabnida~(I like you~)"

Jami' menggelengkan kepalanya.

"Anjir, kebayang lagi!"

Mau sebagaimana menyangkalpun, Immanuel memang menguasai pikiran Jami' kini, senyumnya, tingginya, alis tebalnya, cengiran bodohnya.

Shit El! Shit!

"Immanuel! Elo nyebelin! Gue benci! Hue!"

🍄🍄🍄

Sementara di tempat lain Immanuel terpaku menatap Tupperware kuning milik Mamanya, sesekali pemuda itu tersenyum dan menepuk-nepuk pipi sampai Hanif hanya bisa menganga dibuatnya.

"Itu mau sampai kapan ditatapnya? Kapan dimanakannya? Gue nungguin ini El!" El berbalik dan hanya menyengir bodoh khasnya.

"Anjir, lo diguna-guna si Jami' apa gimana dah? Udah ah, mau mabar ga nih?"

Ajakan mabar Hanif diabaikan El, tangannya tergerak membuka Tupperware kuning berisikan cookies buatan Jami' di dalamnya. Dengan segala selebrasi di dalam hatinya, El meraih satu cookies dan memakannya.

"Enak." Ucap Immanuel, kagum.

"Ah masa?" Hanif ikut mengambil satu kue dan tidak lama memuntahkannya.

"Enak apaan? Pait gini jir! Tuh, bagian bawahnya aja item gini?"

El tidak peduli, ia sudah melahap cookies keduanya hingga membuat Hanif mengusap wajahnya sendiri dan mengoceh....

IMMANUEL & JAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang