The Loneliest girls

6.1K 1.4K 184
                                    

Dunia perkuliahan Immanuel asik-asik saja, bahkan terkesan menyenangkan, dari dulu Immanuel memang suka mengamati manusia secara sosial dan El merasa memilih jurusan yang tepat di sosiologi, meski nanti ia harus meneruskan bisnis keluarga, ilmu yang ia dapat di kampus yakin akan berguna baginya.

"Eh pak ketua himpunan," Wayan menepuk pundak El menyapanya.

"Haha belum, nanti kalau udah dilantik, lagiankan sekretaris gue elo Yan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Haha belum, nanti kalau udah dilantik, lagiankan sekretaris gue elo Yan. Duduk, gue sama anak-anak lagi main." Ajak Immanuel.

Meski diberi kesempatan memilih sekretaris dan bendaharanya, El memutuskan memasukkan saingannya dalam pemilihan ketua himpunan ke dalam jajarannya, Wayan dijadikan sekretaris dan perempuan yang terus dipojok seolah mengisolasi diri bernama Tia dijadikan bendahara.

Meski diberi kesempatan memilih sekretaris dan bendaharanya, El memutuskan memasukkan saingannya dalam pemilihan ketua himpunan ke dalam jajarannya, Wayan dijadikan sekretaris dan perempuan yang terus dipojok seolah mengisolasi diri bernama Tia di...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Main apa?"

"Truth or dare. Biar kita makin mengenal, biasanya lewat menertawai aib masing-masing kita bisa menjalin kedekatan emosional." Para jajaran pengurus HIMA Sosio semangat, Wayan dan El memijat keningnya, perasaan mereka berdua mulai tidak enak.

"Tia, ikutan main gak?" Ajak Immanuel.

Tia tidak berbalik, ia hanya melirik El tajam dengan matanya.

"Gue gak main permainan goblok yang mempermalukan gue. Umur kalian berapa? 15 tahun? Lagian teori macam apa tadi itu?" Jawaban menohok Tia membuat yang lain menelan salivanya.

Galak sekali bossqu, tapi baguslah uang Himpunan pasti aman di tangan macan tutul betina itu.

"Puter botol kayak biasanya nih?" Sialnya Wayan yang bertanya, Wayan pula tempat botol itu pertama mengarah, pemuda Bali yang sudah lama tinggal di Malang itu mencoba tersenyum ringan.

"Truth or dare Yan?"

"Jangan cemenlah jadi cowok Yan, pilih darelah dare! Dare! Dare! " Pancing yang lain, namun tentu Wayan tidak terpancing, terakhir kali ia memilih dare—Wayan disuruh nembak bu dekan jadi kali ini, tidak terimakasih.

Ia masih sayang dengan karir kemahasiswaannya.

"Truth!" I Wayan Dipta berteriak yakin.

"After sex, what do you say to your partner?"

"Hem, menarik." Wayan mengusap dagunya, Immanuel dan yang lain excited menunggu jawabannya.

"Tergantung partnernya sih, kalau sama Sisi anak Manajemen gue bilang "Aku janji gak bakal ninggalin kamu" tapi tetep gue putusin sih."

"Ouch!" Respon beberapa perempuan di Hima yang mendengarnya.

"Terus yang lain?"

"Hem, Sinta gue bilang "Mau masak indomie dulu ga?" Soalnya itu pas habis ujan jadi gue laper, terus sama Nila gue bilang. "Mau gue pesenin grab sekarang gak?" Soalnya udah sore takut bokap udah pulang terus—"

"Elo begituan sama berapa orang jir?" Immanuel frustasi, cerita Wayan tidak ada habisnya.

"Kenapa sih El kayak belum pernah aja lo?" Telinga El tiba-tiba memerah mendengarkannya.

Immanuel mengeluarkan cengiran bodoh andalannya, padahal Jami' bilang El akan ketahuan begonya jika mengeluarkan ekspresi seperti itu.

Tapi apa boleh buat, El mati kutu rasanya. Ya ia memang belum pernah!

"Yeee belum beneran? Perasan elo sama cewek lo udah dari SMA ya masa belum anjir?" Goda Wayan.

El tidak bergeming ia mengalihkan pembicaraan. "Terus Yan, sama Rini? Bukannya elo lagi deket sama dia sekarang?" Tanya El kemudian, gantian Wayan yang memerah. Ia mengusap tengkuknya salah tingkah.

"After sex, what do you say to your partner?" Teman-temannya mengulangi pertanyaan tadi.

Wayan mendesah pasrah lalu menjawab...

"Jadi kita apa?"

Semuanya yang ada di ruangan tertegun.

"ELO GAK DIKASI KEPASTIAN?" Immanuel setengah berteriak, El langsung tertawa keras saat Wayan mengangguk, kini El tahu sekretarisnya seorang playboy gagal.

Asik tertawa keras bersama para anggotanya, Immanuel berbalik mencari sang bendahara.

"Ketawa aja kali Tia, jangan ditahan." Godanya melihat Tia, mati-matian menahan tawa di sudut sana.

El dan Tia saling tatap bertemu mata, lalu keduanya langsung tertawa keras.

Ternyata benar, menertawai aib masing-masing membuat semuanya cepat akrab, termasuk Tia si lonelliest girls.

"Lanjut dong, puter lagi. Masa cuma gue yang kena?" Protes Wayan, namun sayang sekali El tidak bisa memenuhi rengekan Wayan, sudah ada wanita cantik yang berjalan ringan ke arah sekretariatnya.

"Gue gak ikutan dulu, ibu negara gue dateng." El menepuk pundak Wayan sebagai tanda pamit, buru-buru ia menyambut Jami' dengan senyuman termanisnya.

"Anjir pak ketuanya malah kabur!" Wayan sempat melambai pada Jami' sebelum memasang wajah cemberutnya pada Immanuel, aibnya terbuka tapi Immanuel belum, curang sekali!

"Duluan ya, see you tomorrow." Pamit El.

"Itu pacarnya pak ketua?" Wayan terlonjak kaget karena Tia sudah ada di dekatnya entah sejak kapan.

"Iya, Nurul Jami', anak ilkom udah dari SMA mereka."

"Oh," Tia menggigit bibirnya. "Bukannya Jami' muslim ya? Mereka..."

Tia tidak melanjutkan, ia merasa itu bukan urusannya, meski entah kenapa Immanuel Winaga begitu manis dan ramah di matanya.

Hubungan Immanuel dan Jami' memang sudah terjalin lama, hampir tiga tahun. Bukan tidak pernah bertengkar, sering, tapi herannya pertengkaran keduanya tidak berlangsung lama.

Entah karena El yang jahil atau Jami' yang pelupa, kadang sehabis bertengkar hebat lalu keduanya pulang dan berboncengan, di tengah jalan El dan Jami' bisa tiba-tiba lupa penyebab pertengkaran mereka karena saling bercanda satu sama lain.

"Nanyain udah makan mainstream ga Mi'?"

"Banget."

"Yah, kalau gitu pertanyaannya ganti deh," Jami' tak sabar mendengar kekonyolan apa lagi yang dikeluarkan Immanuel kini.

"Jami' lambung mu sudah diisi dengan sari-sari makanan belum? Otot rahang mu sudah digerakkan untuk mengunyahnya belum?"

"Hahaha! Apaan sih El?" Jami' tertawa sebelum menghadiahi El dengan pukulan kecil di bahunya.

Keduanya terlihat bahagia, tanpa tahu dibeberapa sudut kampus ada orang yang sangat ingin menggantikan Immanuel di sisi Jami'...

"Akan kutikung engkau di 1/3 Malam ku Nurul Jami'."

Dan ada yang ingin menggantikan Jami' di dekat Immanuel...

"Bapa yang ada di kerajaan sorga, aku mengangumi satu ummat mu. Bisakah senyum dan ramahnya hanya untuk mu dan untuk ku saja?"

Mustahilkah mereka berharap?

-To be continued -

Eak waspada para orang ketiga! Kapal bisa bergoyang dan oleng begitu saja. Selamat malam senin. 😁

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

IMMANUEL & JAMIWhere stories live. Discover now