Kenapa harus

5.7K 1.3K 41
                                    

Setiap dua minggu sekali FISIP rutin mengadakan kajian keperempuanan, biasanya para perempuan dari fakultas manapun selalu bergabung, sharing dan berbincang di sana.

Jami' jarang ikut tapi kali ini ia kebagian untuk liputan, apalagi edisi bulan depan edisi Kartini Kampus dan tentulah kajian keperempuanan tempat dimana Jami' bisa menemukan para Kartini kampus sebagai narasumber, ilmunya dapat, narasumber dapat. Kemudahan hidup apa lagi yang dimintanya?

"Ih, Jami'! Udah dari tadi tau mulainya, sini-sini duduk samping gue!" Rini mengomel sembari menariknya duduk ke kursi sebelahnya.

"Sorry Rin, cas gue belum 100%, gue nungguin dulu." Jawaban Jami' membuat Rini memutar bola mata malas.

"Masalah hidup orang-orang yang gak mau keluar rumah kalau casnya gak nyampe 100% itu apa sih?" Ocehnya.

"Kalau gak full casnya, kayak gak siap menghadapi dunia gitu gue Rin." Jami' membela diri.

"Maaf, bisa..." Gadis di sebelah mereka menempelkan telunjuknya ke bibir sebagai perintah agar Jami' dan Rini mengurangi volume suaranya, atau Bahasa kasarnya...

"Diem lo bangsat! Berisik bener!" Setidaknya itu yang bisa Rini baca dari ekspresi galak gadis yang menegurnya dengan Jami'.

"Sorry, sorry." Jami' meminta maaf lalu berbalik ke arah Rini yang sudah memasang tampang jengkel.

"Tahu gak dia bendaharanya HIMA Sosiologi sekarang, cantik coy tapi gualak banget, gak ada yang berani ngajak dia ngobrol. Kata Wayan sih, Immanuel doang ketuanya yang bisa ngajak dia ngomong." Bisik Rini,

Jami' berbalik dan memperhatikan papan nama di baju PDH yang digunakan gadis itu...

"Atiah Maria?" Ejanya.

"Oh, ini yang dibilang Arjun itu? Tapi cantik banget Rin. Kok El gak pernah cerita ya bendaharanya secantik ini? Gue minta jadi narasumber gue deh."

Jami' mengambil secarik kertas lalu menggesernya ke meja Tia meski sang penerima pesan mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Open it." Ucap Jami' dengan gerakan bibirnya.

"Hi, saya Jami' dari UKM Pers, edisi bulan depan majalah kampus itu Kartini Kampus (Saatnya perempuan bebas dalam berpendidikan dan berorganisasi) Kamu mau gak jadi narasumber saya? Nanti habis ini kita wawancara."

Tia menatap Jami' terheran setelah membaca pesannya.

"Why me?" Bisiknya. "Gue cuma bendahara HMJ."

Jami' mendekat dan mulai berbisik-bisik, and God, Atiah Maria ini begitu wangi. Jami' sebagai perempuan saja deg-degser dibuatnya. Bagaimana lelaki?

Kasihan sekali Jami' yang hanya pakai minyak telon, parfum bayi, lotion bayi sebagai wewangiannya. Kalau terlambat, bodoh amat. Bahkan pengharum ruangan sempotpun pernah dijadikan Jami' parfum.

"Gue juga wawancara bendahara HMJ Sastra Indo, sekretaris HMJnya Kedokteran, dan mereka bener-bener amazing dalam sudut pandang gue sebagai pewawancara. HMJ tetap organisasi kampus yang mempengaruhi banyak mahasiswa, dan elo sebagai perempuan menjabat posisi penting, gue gak punya alasan buat enggak wawancara sama elo." Bisik Jami.

Sejenak Tia berpikir sampai akhirnya tersenyum dan mengangguk.

"Boleh deh, habis kajian ya." Jawabnya yang membuat Jami' menyengir senang.

"Eh iya, gue Nurul Jami', jurusan ilkom kita satu fakultas." Jami' mengajaknya bersalaman, Tia ramah menyambut jabatan tangan itu.

"Gue Tia, gue kenal elo kok. Pacar ketua himpunan guekan?" Jami' mengangguk begitu semangat, tanda begitu ia bangga dikenali sebagai pacar seorang Immanuel Winaga.

IMMANUEL & JAMIWhere stories live. Discover now