Tapi, tapi, tapi, tapi

8K 2.1K 241
                                    

Jami' sudah berharap-harap cemas menatap pintu kelasnya, dengkul Jami' lemas seketika saat Hanif masuk, menatapnya tajam dan berjalan cepat ke arah gadis yang sudah otomatis berlutut sembari menggosok-gosokkan kedua tangannya dan melengkungkan bibir seolah meminta pengampunan.

"Jami'!!!!!" Teriak Hanif menahan amarahnya.

"Ampuni Hamba Nif! Hue!" Mohon Jami'.

"Masalahnya," Hanif memejamkan mata frustasi, "Kenapa gue anjeng?! Gue ampe dimusuhin si El! Sini lo!"

Jami' buru-buru bangkit dan berlari sebelum jitakan Hanif mendarat di kepalanya. Jari-jari Hanif yang sebesar itu pastilah sakit hanya dengan sekali sentilan di jidat Jami'.

Dari pada kepalanya bocor, mending Jami' kabur.

"Ta..ta..tapi Nif, gue bener-bener bingung mau jawab apa," Jami' berlari menghindari Hanif, sudah ditegur agar tidak berlarian di dalam kelas, Jami' malah berlari keluar dengan Hanif yang masih mengejar di belakangnya.

"Lo bilang aja alasan sebenarnya, kenapa pake acara bilang elo suka gue, bener-bener saraf ni perempuan, sini lo!" Hanif berhasil menangkap lengan Jami' dan dalam hitungan detik menyentil keras jidat gadis itu hingga memerah.

"Aaaaa Ibu! Sakit banget, sialan lo Nif!"

"Ya salah lo Mi'. Sekarang Immanuel mau ngeliat gue aja kagak, kalau elo gak mau pacaran sama dia, gak suka sama dia ya bilang, jangan libatkan gue ke hubungan kalian please." Keluh Hanif dihadapan Jami' yang masih mengusap jidat dengan bibir yang dimanyunkan sebal.

"Ya masa gue... soal itu Nif. Lo tahu sendirikan ceritanya, malam itu pas El jemput gue," Jami' mendekat dan berbisik. "Ampe masukin kalung salibnya ke dalam hoddie biar gak diliat bokap gue, ampe gue bilang namanya Iman jir. Gue gak enak banget."

"Emang masih sampe sekarang? Bokap lo?"

"Masih. Bayangin kalau gue pacaran sama El bakal kayak gimana? Ya walaupun umur kita ya pacaran ya pacaran aja, tapi tetep sih Nif, susah."

Jami' memilih berjongkok di sembari memunguti sampah yang berserakan dan memasukkan ke dalam tempat sampah, mumpung hari ini memang jadwal piket Jami'.

"Tapi emang lo gak suka sama El Mi'?" Hanif mengikuti kegiatan Jami',

"Dia suka beneran lo sama lo Mi', dia ampe minta dicomblangin sama elo." Pernyataan Hanif membuat Jami' berbalik tidak percaya.

"Elo tahu gak? Immanuel bisa aja naik motor ke sekolah, tapi sejak dia sering liat lo nunggu angkot di halte depan, dia jarang bawa motor lagi, terus ya-"

Jami' menghentikan cerita Hanif.

"Kalau elo ngarang gue gampol ya Nif!"

"Serius gue Mi', gue saksinya. El itu gak bisa main gitar tapi belajar chordnya band favorit lo 6Hari itu, ampe subuh. Gumoh gue dengernya. Masih gak percaya lo dia naksir lo?"

Jami' kembali melengkungkan bibirnya.

"Kok gue sih Nif?"

"Mana gue tahu kukang Jawa! Rabun kali si El."

Jami' banyak merenung dan terdiam, gadis itu sendiri belum tahu bagaimana sebenarnya perasaannya pada Immanuel.

Jujur saja bagi Jami' Immanuel memang menyebalkan, tapi menggemaskan dalam satu waktu, apalagi kalau sudah menyengir bodoh.

Kenapa Tuhan menciptakan makhluk tampan dengan ekspresi idiot tapi tetap membuat jantungnya berdebar tak karuan sih?

"Gue suka cowok yang alisnya tebel, seru, yang bisa berantem gemes sama gue, nurut, punya usaha buat menyenangkan gue, dan yang pasti,"

IMMANUEL & JAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang