Kamu juga cantik

5.8K 1.3K 87
                                    

Siang terik kota Malang di bawah jembatan tidak menghalagi Jami', gadis jurusan ilmu komunikasi yang sudah memasuki tahun ketiganya itu tetap tersenyum lebar melihat anak-anak jalanan asuhannya dengan UKM Pers kampus bernyanyi riang diiringi petikan gitar warisan Hanif yang diberikan padanya.

"Hei, saya ini si gembala sapi~ yolide~"

"Yolli yolli de~" Anak-anak pinggiran yang biasanya menjadi pengemis, pemulung hingga pengamen itu semangat menyambung lirik gembala sapi yang dinyanyikan Jami'.

"Inilah kerjanya, si gembala sapi~"

"Apa yang ku pikirkan lagi~"

Jreng jreng~

"Hore! Pinter!" Teriak Jami' semangat begitu lagunya selesai.

Fiuh tugasnya mengajar dan menghibur anak-anak hari ini selesai waktunya Jami' berkejaran waktu menuju kampusnya.

Jami' melirik jam tangannya. "Oke adik-adik belajar yang rajin ya, ketemu kak Jami' minggu depan kita belajar hitung dan nyanyi lagi."

Beberapa dari anak-anak itu memasang tampang sedihnya, tapi Jami' tidak punya pilihan ia sudah bolos minggu lalu di mata kuliah finace for communication, kalau bolos lagi minggu ini ia tidak akan bisa dapat nilai B, ia tahu bu Tuti dosennya begitu pelit persoalan nilai.

Ojek online jadi pilihan tepat jika ingin mengejar waktu, Jami' sudah harap-harap cemas di atas motor, beberapa kali ia menghubungi Arjun ketua tingkatnya namun tak dijawab.

"Mampus, bu Tuti udah masuk jangan-jangan. Mati gue! Masa dapet C lagi?" Jami' stress sendiri. Jami' begitu risih jika menemukan nilai C di daftar nilainya.

"Pak cepetan pak!"

Jami' langsung melesat menuju kelasnya begitu turun dari ojek, ia bahkan sempat disusul driver karena lupa melepas helmnya.

Baru hendak menaiki tangga nama Arjun memanggil di ponselnya.

Baru hendak menaiki tangga nama Arjun memanggil di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hhhhh, gue udah di tangga Jun." Jawab Jami' terengah-engah tanpa salam sebagai pembuka.

Arjun di ujung telepon mau tidak mau menertawai kepanikan Jami'.

"Nafas Mi' nafas." Tegur Arjun.

"Huuuu huuuu, bu Tuti gimana?"

"Udah keluar tuh."

"HAH?" Jami' menghentikan langkahnya lalu kembali memandang jam tangannya, benar kok ini masih jam dua siang. Apa jamnya satu jam lebih cepat?

"Bukannya masuknya 1:30 Jun? Ini masih jam dua."

"Haha, cuma nyuruh ngumpulin paper yang belum selesai dia tunggu sampai 2:10. Soalnya bu Tuti ada rapat."

Jami' menepuk jidatnya berkali-kali. Paper apa lagi? Ada tugas ternyata?

IMMANUEL & JAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang