[2] - Peramal Misterius

2.9K 293 24
                                    

Bagi seorang Hyuuga Hinata, hal yang paling indah di dunia ini adalah memandang wajah Uzumaki Naruto. Hinata sangat menyukai pemuda tinggi berasal dari Amerika Serikat itu. Terlebih saat Hinata melihat Naruto bermain basket di lapangan. Dia akan berteriak histeris memanggil-manggil nama Naruto untuk menyemangati pemuda bermata safir tersebut. Meski sang dewa lapangan adalah Otsutsuki Toneri, tapi mata Hinata sepertinya hanya tertuju pada sosok berkulit eksotik. Di matanya dia hanya melihat Naruto, Naruto dan Naruto. Mungkin susunan otak dan isi kepalanya hanya terdiri dari tiga huruf saja. Huruf Na , Ru  dan To.

Padahal, jika diperhatikan Toneri jauh lebih memesona. Di lapangan hampir semua para gadis meneriaki nama cucu pengusaha besar Kaguya, tapi tidak dengan Hinata. Seperti saat ini, teriakannya mirip halilintar yang mencari mangsa. Menggelegar.

"Hei! Hinata, bisakah kau berhenti berteriak? Gendang telingaku hampir pecah karena suara jelekmu itu!" omel pemuda tinggi sebal yang tengah bersiap-siap melakukan pemanasan. Rambut cokelatnya panjang. Dia adalah Neji, kakak sepupu Hinata. Neji tahu, kalau adiknya itu sudah menyukai Naruto sejak kecil.

Hinata tak peduli dia terus berteriak menyemangati Naruto dan kali ini lebih heboh, " Naruto-kun! Aku mencintaimu!" teriaknya seperti cheerleader. Gadis itu melompat-lompat terlalu gembira.

"Hyuuga Hinata, berhentilah memanggil nama si Menara TV itu!"

Mendengar Naruto disebut Menara TV oleh kakaknya, Hinata langsung menoleh dengan wajah yang seperti siap menelan pemuda berkulit putih itu, "Nii-san, berhentilah menyebut Naruto dengan sebutan itu, jika Naruto Menara TV, itu artinya kau sendiri Menara Eiffel!"

Di samping mereka, seorang gadis yang juga berkulit putih, tapi bertubuh lebih mungil itu ikut tertawa. Gadis itu adalah Hanabi, adik kandung Hinata. Mereka bertiga adalah Hyuuga bersaudara, "Nii-san, mungkin Hinata-nee memang sudah gila," ejek Hanabi senang, "apa bagusnya pemuda seperti Naruto. Menurutku dia terlihat seperti bunga matahari dengan model rambut seperti itu?"

Seketika itu juga Neji tertawa lebih keras yang kemudian diikuti Hanabi, lalu beberapa teman lainnya yang kebetulan mendengar pernyataan si bungsu Hyuuga tadi.

"Hyuuga Hanabi!" bentak Hinata sebal. Wajah cantiknya cemberut seketika. Kedua saudaranya ini paling senang mengejek Naruto. "Dasar kurcaci!"

Mereka bertiga selalu terlihat bertengkar meski sebenarnya sangat akrab, hanya saja kedua
bersaudara itu senang menggoda Hinata, karena bagi mereka, melihat putri Hyuuga itu kesal adalah hal yang paling menggembirakan.

"Wah, lemparan three point-nya Toneri akhirnya memenangkan pertandingan ini!" seru para
gadis senang.

"Toneri-kun memang hebat dan keren!" Para gadis berteriak senang.

Hanabi tersenyum puas, "Neesan, pangeran Bunga Mataharimu kalah, selamat ...," ejeknya menyeringai.

Hinata memandang Naruto dari jauh, tak ada kekecewaan yang terpancar di wajahnya, dia malah tersenyum menatap si tunggal Uzumaki, "Naruto-kun, tidak apa-apa! Kekalahanmu itu sungguh keren!" teriaknya gembira sembari berlari ke arah Naruto.

"Cuih ... sudah tahu kalah, dia masih saja bisa berteriak sesenang itu," kata Neji bengong, tak percaya dengan tingkah adiknya. Antara takjub dan malu.

"Iya, mungkin di kepalanya kekalahan Naruto adalah hal terindah," imbuh Hanabi ikut-ikutan takjub.

Mereka saling menatap, "Dia
sudah tak waras."

🌻Wonderfull Life🌻

Dengan malas akhirnya Sasuke mau mengabulkan keinginan Sai. 'Kamisama ... hal gila apa ini, kenapa aku mau-maunya mengikuti kemauannya? Dasar norak.'

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang