[30] - Selamatkan Rin

1.3K 180 59
                                    

Mei menatap tangannya tak percaya. Dia sudah menampar putranya sendiri. "Obito-kun ..." Mei begitu syok, "Ibu ... Ibu..."

Obito tersenyum tipis. "Sebuah tamparan tak akan sampai membunuhku. Sakit di pipiku ini masih bisa disembuhkan. Tapi luka di hatiku ini ... sampai mati pun tak akan pernah sembuh ..." ujarnya bergetar.

"Obito-kun ... siapa yang menghasutmu?"

"Tak ada yang menghasutku!" Air mata pria itu sudah tak bisa ia tahan. "Ibu ... aku mohon
hentikan semua ini. Aku sudah tahu semuanya. Hatiku sakit mengetahui kebenaran itu dari
orang lain. Ibu yang selama ini aku banggakan ternyata adalah seorang pembunuh. Bagaimana
bisa aku menerima kenyataan itu? Jawab aku!!" Obito berteriak kencang, "aku hampir gila semalam memikirkannya. Ibuku membunuh seorang pembunuh! Ibuku pembunuh!"

Wajah Mei mengeras. Pandangan matanya terlihat lain. "Jadi, kau sudah tahu semuanya? Ya, akulah yang telah melenyapkan Mikoto saat itu."

Obito memejamkan matanya mendengar pengakuan itu. "Kau sungguh kejam, Bu!"

"Aku melakukannya demi masa depanmu dan Rin!"

"Tapi aku tak pernah menginginkannya. Aku tak
ingin punya Ibu seorang pembunuh! Aku bukan putramu!"

"UCHIHA OBITO!!"

"Pergi dari hadapanku!"

Mei mendekatinya. "Dengarkan baik-baik Obito-kun. Tutup mulutmu rapat-rapat. Kau tak pernah tahu soal ini. Ingat itu baik-baik. Jika kau tak mau melanjutkan rencana ini, biar Ibu yang melakukannya sendiri."

Obito berlutut dan menarik kaki ibunya pelan. "Aku mohon sudahi ini semua. Aku tak ingin
Ibuku menjadi kejam. Aku mohon ..." Tangisnya mengiba.

Sayangnya Mei tak menggubris kata-kata putranya, ia dengan dinginnya meninggalkan Obito sendiri.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Siang itu Gaara terlihat lelah setelah mengangkut berkarung-karung beras. Ia merebahkan
tubuhnya sekedar menghilangkan penat. Keringat menetes dari seluruh tubuh seksinya. Semenit kemudian ia kembali ke gudang lalu mengangkut karung-karung yang penuh beras itu dengan cepat ke luar gudang. Bahkan lebih cepat dari sebelumnya.

Hinata yang melihatnya jadi bertanya-tanya karena Gaara melakukan hal yang tak biasanya. "Apa dia tidak capek?" tanyanya pada Sasori, tapi pria berwajah bayi itu yang sudah tahu watak sepupunya itu hanya tersenyum tipis, tangannya masih sibuk mengelap meja di samping Hinata.

Hari sudah terik sedangkan Gaara masih saja mengangkuti beras-beras itu seolah yang diangkutnya adalah permata bukan beras.

Hinata menggeleng takjub. "Apa dia punya kekuatan super?"

"Sudahlah, kau nikmati sama mi itu. Di saat sedang kacau pikirannya, Gaara akan mengangkut sesuatu yang berat untuk melampiaskan kekesalannya?" ujar Nenek Chiyo
santai.

"Wah, unik juga cara melampiaskannya," kata Hinata sembari menyumpit mi itu masuk ke mulutnya, "lalu hal apa yang membuatnya begitu frustrasi seperti itu?" tanyanya penasaran karena ia selalu melihat sosok pria berkulit pucat itu selalu ceria, tapi kini malah jadi frustrasi.

Sejenak Nenek Chiyo menghela napasnya berat. "Ada surat untuknya dari kantor pusat yang isinya meminta dia kembali bertugas sebagai pilot."

"Pilot? Dia seorang pilot?" seru Hinata tak percaya.

"Ya, meski tampangnya tak meyakinkan begitu ... tapi dia memang seorang pilot." Lanjut Nenek Chiyo.

"Bukankah itu bagus? Kenapa dia malah frustrasi?"

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now