[4] - Aksi Sasuke

2.2K 252 18
                                    

Hinata tersenyum begitu melihat sosok tinggi menjulang menuju jendela kamarnya dari luar.
"Naruto-kun pasti mau memperbaiki genting yang
sengaja aku bocorkan semalam," gumamnya senang.

Sebenarnya Hinata tahu bahwa kedua orang tuanya sadar, sesadar-sadarnya kalau dia sangat begitu menyukai Naruto. Karena bagi gadis berparas cantik dan manis itu Naruto adalah pemuda idamannya.

Dia bahkan sudah membuat beberapa daftar nama bayi entah itu laki-laki atau perempuan jika kelak dia bisa menikahi pemuda itu. Ya, jika seorang sudah jatuh cinta akan banyak hal tak waras yang akan dilakukannya.

Sejak kecil, Hinata selalu mengikuti Naruto kemana pun pemuda itu pergi, bahkan Neji dan Paman Hizashi sampai
menjuluki Hinata ekor Naruto. Sayangnya, si tunggal Uzumaki sangat dingin dan sering mengabaikan gadis
manis berponi itu. Hal itu semakin membuat Hinata
semakin tertarik untuk mendapatkannya.

"Naruto-kun ...," sapanya semanis mungkin sambil menatap si kuning yang tengah membetulkan genting.

Pemuda berkulit gelap itu hanya melihatnya sekilas lalu kembali pada pekerjaannya.

Huh ... ini sungguh sangat
menyebalkan, rutuk Hinata.
"Naruto-kun, apa kau kepanasan?"

Tetap tak ada jawaban. Berbagai hal si sulung Hyuuga tawarkan, tapi Naruto hanya bungkam, sepertinya genting itu lebih menarik hatinya dibanding wajah cantik gadis penyuka kartun Spongebob itu.

Astaga ... aku bisa depresi jika diabaikan seperti ini. Hinata hampir menjerit kesal.

Naruto sama sekali tak meliriknya.

Akhirnya Hinata memutuskan untuk keluar kamar. Dia ingat kata-kata sahabatnya jika
ingin mendapatkan sesuatu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. Kali ini dia melakukannya. Hal yang paling dibencinya adalah diabaikan oleh Naruto.

"Hinta-chan, mau ke mana?" tanya wanita paruh baya itu heran melihat putrinya yang
lincah bergegas turun dari tangga kamarnya sambil membawa payung.

Hinata tak menjawab dan terus saja berlari keluar rumahnya. Senyumnya kembali terpampang di wajah cantik itu saat matanya menemukan sosok si rambut matahari.

Perlahan dia mendekati pemuda yang sedang memperbaiki genting, lalu dia ikut menapaki tangga besi itu dengan hati-hati. Hal bodoh apalagi yang akan kau lakukan, Hyuuga Hinata!! peringat otaknya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Naruto datar.

"Memayungimu, agar kau tidak kepanasan," jawabnya sambil tersenyum.

Naruto menghentikan aksinya. "Turunlah, nanti kau jatuh."

"Apa kau khawatir padaku? Jika aku jatuh apa kau akan menangkapku?" tanya Hinata semangat.

"Hinata ...." Pinta Naruto dengan nada memohon, tapi masih terdengar dingin.

"Ya ... ya ... aku akan turun?" dumelnya sedikit sebal, saat melihat ke bawah timbul ide
untuk jatuh, dan belum sempurna ide untuk menjatuhkan diri, rupanya kali ini Dewi Asmara berpihak pada gadis berponi itu, kaki Hinata terpeleset. Reflek gadis itu
berteriak, tapi sebelum dia benar-benar terjatuh ke bawah Naruto sudah menariknya.

Sayangnya, keadaan mereka tak seimbang dan Naruto sedang memegang genting, jadilah mereka berdua terjatuh ke bawah bersama.

BRAK!!

Hinata mengaduh kesakitan meski dialah yang menindih tubuh si kuning. Melihat keadaanya yang seperti itu Hinata malah terbengong-bengong bisa sedekat itu pada sang pujaan hati.

"Na-Naruto-kun ...," ujarnya tak percaya. Keberadaan mereka kini sungguh sangat dekat, bahkan wajahnya dan wajah Naruto hanya tinggal beberapa senti lagi bisa saling bersentuhan. Hinata sangat menyukai kejadian ini. "Naruto-kun ... aku ..."

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now