[40] - Bersama Paman Dinosaurus

779 117 2
                                    

Pagi itu Kiseki berjalan sendirian di depan rumahnya. Bocah itu mengeluarkan permen lollipop lalu mengemutnya. Ah, lucunya penampilan anak itu dengan mengenakan kaos hijau, celana pendek putih selutut, lalu topi rajutan lucu berwarna merah yang berbentuk kepala Mickey Mouse.

Di minggu pagi ini, Kiseki ingin melihat ayahnya yang bekerja di sebuah swalayan. Sasuke menjadi kepala toko di salah satu swalayan besar di Suna. Kebaikan hati lelaki itu sering disalah artikan oleh wanita terutama anak SMA. Well, menjadi orang tampan memang berat, cukup Sasuke saja yang merasakannya.

Langkah Kiseki terhenti sejenak melihat lampu masih merah untuk pejalan kaki seperti dirinya. Setelah hijau barulah ia melanjutkan langkahnya. Ulang tahunnya sebentar lagi, Sasuke berjanji akan membelikannya sepeda.

"Ha ... hatsi!" Anak itu bersin, tapi tak ada lendir yang keluar dari hidungnya. Kemudian ia kembali bersin-bersin sampai empat kali. Hidungnya merah.

"Kau flue, Nak?" Seorang lelaki berumur dengan pakaian mewah mendekatinya kasihan.

Kiseki menengadahkan wajah untuk melihat wajah tua itu. "Tidak, kok. Aku hanya akan bersin jika di sekelilingku ada bunga. Aku alergi bunga," jawabnya polos sembari menggosok-gosok hidungnya.

Lelaki itu terdiam sejenak teringat akan putranya dulu yang juga alergi bunga. Ia bahkan tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Lelaki itu adalah Uchiha Fugaku. Ia menatap Kiseki lama. Tidak tahu mengapa ulu hatinya terasa sakit saat melihat anak kecil di depannya ini.

"Kau mau ke mana?" tanya Fugaku sabar, lucu sekali wajah anak lelaki ini, padahal awalnya dia berpikir kalau dia anak perempuan mengingat wajahnya yang kelewat cantik.

Sejenak bocah menatapnya lalu tersenyum. "Aku mau ke swalayan itu, ayahku bekerja di sana. Kata ibu, ayah bekerja hari minggu untuk mendapatkan bonus agar ayah bisa membelikanku sepeda." Kiseki memasukkan kembali lollipop ke dalam mulutnya. Ia mengemut senang.

Fugaku tersenyum tipis.

"Ah ... itu ayahku sudah keluar!" Tunjuknya pada Sasuke yang kebetulan membantu staf pengangkut barang itu mengeluarkan barang-barang dari truk.

Fugaku mematung melihat Sasuke yang sedang mengangkut barang-barang berat di atas punggungnya. Ia tak menyangka kehidupan putranya yang terbiasa mendapatkan apa pun sejak kecil kini tak lebih seperti kuli. Untuk pertama kalinya seorang Uchiha Fugaku meneteskan air mata melihat keadaan Sasuke yang sekarang. 'Sasuke, kenapa kau memilih hidup yang seperti ini?'

Lelaki itu memegang bagian dadanya yang terasa ngilu. Menyebar ke mana-mana. Lalu bocah lelaki yang kelewat cantik ini ... cucunya? Bocah yang selalu tersenyum meski pada orang yang tak dikenalnya, "Nak ...," panggilnya lirih.

Namun, sayang sekali Kiseki tak mendengar, ia malah berlari ke arah Sasuke sambil berteriak memanggil ayahnya senang. Pria raven yang melihatnya tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk sang anak tercinta.

Fugaku mundur, ia memilih bersembunyi agar tak terlihat. Ia menatap keduanya dari jauh. Meski keadaan sang anak seperti itu, sepertinya Sasuke benar-benar bahagia. Mendadak ponselnya berbunyi.

🌻🌻 Three Blood 🌻🌻

"Apa yang kalian lihat? Makanlah!" Hinata mendelik kesal melihat dua orang yang menatap hasil masakannya tak disentuh sedikit pun.

Lelaki si tiang listrik itu menelan ludah susah. 'Yang benar saja, apa ini yang disebut masakan?'

Sementara si rambut pirang bertubuh mungil itu menatap hasil karya kakaknya ngeri. 'Ini lebih buruk dari makanan Akamaru, anjing milik Kiba-nii. Apa sebenarnya yang dimasaknya ini?'

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang