[34] - Ucapan Hikaru

1.5K 171 36
                                    

Tiga bulan kemudian ...

"Toneri, terima kasih atas bantuanmu," kata Sasuke membungkuk hormat tatkala Toneri berpamitan.

Pria itu hanya tersenyum simpul. "Aku tak mungkin melepasnya begitu saja. Perbuatan Sakura sudah melewati batas." Ia menatap Hinata yang kembali ceria bahkan tertawa dengan kedatangan orang-orang yang tak bisa diam. Toneri memandang wanita itu.

"Hinata, kau tahu ternyata manusia tamiya kita sedang jatuh cinta dan diam-diam kencan," kata Neji memulai.

"Bohong! Aku ini belum punya pacar kok!" sangkal Hanabi ngotot.

"Lalu siapa pemuda cool yang seminggu lalu datang ke rumah itu bersama gadis cantik itu?" goda Neji.

"Dia itu hanya temanku. Ketua klub kelompok tamiya. Jangan-jangan Niisan ingin dekat dengan Kurenai-san"

"Hei, apa aku boleh gadis itu kugoda?"

"Silahkan saja." Hanabi tak peduli, "jika kau tak takut menghadapi suaminya."

"Suami?" ulang Neji tak percaya.

"Suaminya itu Profesor Sarutobi Asuma, tahu sendiri akibatnya jika kau menggoda istrinya." Hanabi tertawa melihat wajah Neji yang pucat.

Sarutobi Asuma adalah dosen di Universitasnya yang terkenal kejam.

Hinata tertawa mengingat dulu Neji hampir frustrasi karena seorang profesor gara-gara satu nilai mata kuliahnya yang jeblok, dan itu mata kuliah yang diajarkan profesor Sarutobi tersebut.

Mikoto datang bersama Minato, Naruto, Hikaru dan Kao.

Seketika Hinata terdiam melihat Naruto ikut berada di antara mereka. "Naruto-kun ..." sapanya pada pria berkulit cokelat itu.

Naruto tersenyum. "Syukurlah kau sudah sehat. Karena jika kau masih sakit aku akan menghajar
suamimu itu," ujar Naruto sambil melirik Sasuke.

"Aku sudah sembuh, lihatlah sebentar lagi aku sudah diijinkan pulang," ujarnya ceria kembali dan lupa akan kesedihannya selama ini.

Dalam diamnya Hikaru menatap Toneri lama. Senyum misteriusnya kembali terpasang di wajah cantiknya. "Pria yang menarik."

Kao mengikuti arah pandang Hikaru yang tertuju pada sosok jangkung yang berdiri sambil
bersedekap itu. Astaga! Pria yang luar biasa tampan!

Hikaru tersenyum. "Benang merah di kakinya terkait pada kaki Hinata. Padahal benang merah Hinata sudah terikat pada Sasuke. Sungguh menarik."

Kao termenung sambil menebak-nebak. "Kasih tak sampai? Pria itu mencintai Hinata?"

"Lebih dari itu, Kao. Darah. Aku melihat tiga darah," Hikaru menatap Toneri takjub seolah pria Otsutsuki adalah Dewa Kahyangan yang menabur atsmosfir kebahagiaan ke dunia. "Ya aku melihatnya. Otsutsuki Toneri. Dialah darah ketiga itu. Aku bisa melihat masa depannya."

Kao masih terpaku pada wajah Toneri.

"Hm, dengan wajah setampan itu, kenapa harus dia yang para dewa pilih. Sangat disayangkan."

"Bisakah cara bicaramu tidak serumit itu, Aku tak mengerti maksudmu, Hikaru," Remaja itu
mulai menggerutu, "jelaskan lagi dengan mudah. Apa maksudmu?"

Hikaru menggeleng. "Itu adalah hal yang paling kau benci, Kao. Kau sangat benci kata-kata itu."

Kao terdiam. Menatap lekat-lekat wajah Toneri sambil berpikir keras. 'Apa maksudnya tiga darah? Lalu pria tampan itu darah ketiga?' Otaknya berpikir keras mencari jawaban hingga tanpa ia sadari Toneri berjalan ke arahnya.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now