[27] - Bukan Gadis Cantik

1.4K 188 60
                                    

Ada apa Obito-kun, kenapa wajahmu pucat begitu?" tanya Mei penasaran. Terlebih ketika sang suami datang dan  menghampirinya.

"Aku tak yakin dengan apa yang tadi kulihat. Tapi ... aku melihat tadi ayah di ruangannya bersama Sai."

"Kau gila? Aku dan ayahmu baru datang," bantah Mei tegas, "kami baru saja keluar dari mobil lalu berpisah di basmen. Tak mungkin ayahmu sudah ada di ruangannya."

"Aku melihat sendiri tadi, ayah menyerahkan berkas-berkas penting pada Sai."

"Apa maksudmu aku menyerahkan berkas-berkas penting pada Shimura itu, Obito?" Kali ini suara Fugaku meminta penjelasan. Ia menatap tajam putranya. "Siapa yang masuk ke ruanganku?"

Obito memejamkan matanya takut lalu melihat ayahnya. "Bukankah tadi Ayah mengambil semua berkas di brankas lalu
menyerahkannya pada Sai? Aku melihat sendiri Ayah membuka brankas itu. Hanya Ayah yang tahu kode brankas itu."

Fugaku terdiam sejenak, lalu menuju ruangannya dan langsung membuka brankasnya. Isinya kosong. Apa yang dikatakan Obito benar. Wajahnya memerah bak tomat. Hanya ada selembar kertas yang berisi.

-[Aku ambil kembali apa yang kau ambil dariku]-

"Kurang ajar!!" teriak Fugaku kesal

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Wajah Sasuke terlihat berseri-seri begitu surat lamaran kerjanya diterima. Ia berlari ke sana ke mari mencari Hinata sambil berteriak-teriak seperti anak kecil. Ia tak peduli ada banyak mata yang menatapnya aneh. Saat membuka pintu dengan semangat lalu berteriak.

"Sayang ... aku diterima be ... ker ... ja ...." Kata-kata itu terputus begitu yang dicari tidak ada tapi berganti kumpulan wanita yang memenuhi ruangan itu. Tentu saja Sasuke kaget karena rumah kontrakannya jadi sesak. Bukan wanita cantik yang mengejar-ngejarnya seperti saat
kuliah dulu. Namun, rumah mungilnya itu dipenuhi para wanita yang berkepala di atas empat puluh tahunan.

Sembilan wanita yang bukan artis. Alias ibu-ibu. Kamisama! Apa yang aku lihat ini? Ia bertanya- tanya. Wajahnya terlihat bodoh bahkan lengkap
dengan mulut terbukanya.

Melihat hal itu Hinata tersenyum. "Sayang, jangan terlalu lebar, jika ada lalat masuk, bagaimana?"

Seketika itu juga Sasuke bungkam. Mereka mendatangi rumah kontrakan Hinata karena wanita itu adalah penghuni baru di lingkungan mereka.

"Astaga ... dia suamimu?" Salah seorang dari mereka tak berkedip menatap Sasuke.

"Suamimu tampan sekali."

"Seperti artis."

"Boleh aku berkenalan dengannya?"

"Kau beruntung sekali."

Mereka menatap Sasuke seperti ingin melahapnya. Di mata mereka Sasuke seperti kue yang sangat enak dan menggiurkan. Tampak sekali hasrat mereka untuk memakannya.

"Boleh aku menggigitnya?" pinta ibu-ibu yang paling gendut dengan mata berbinar-binar pada Hinata.

Sasuke melirik istrinya dan menggeleng takut. Hinata menatap ibu bernama Yuriko itu sambil menggeleng. "Tidak boleh."

"... sedikit saja, boleh ya?" desaknya memohon dan itu membuat Sasuke reflek menyentuh kedua pipinya takut digigit sungguhan.

Hinata hanya nyengir kuda. "Jika kuijinkan kalian menyentuhnya, apa bulan ini kami dibebaskan
dari pajak?" tanyanya.

Semua menatap Hinata dan mengangguk kompak.

"Sungguh? Kalau begitu kalian boleh ...,"

"Kyaa ... aku duluan ..." Mereka berlari berebut menyentuh Sasuke padahal Hinata belum menyelesaikan kata-katanya. Tidak, mereka tidak menyentuh Sasuke, melainkan mereka
bergiliran mencium pipi pria tampan itu.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Onde histórias criam vida. Descubra agora