[32] - Pertaruhan Nyawa Dimulai

1.3K 187 70
                                    

Wajah Sasuke memucat seketika. Ia tak bisa membayangkan jika istri atau anak mereka yang
mati. Tidak! Tapi Rin? Ini sungguh rumit dan hampir
membuat kepalanya pecah.

"Pulanglah segera, lindungi istri dan anakmu sebisa mungkin. Garis takdirmu sudah berjalan.
Permainan nyawa ini kau yang memulai dan kau tak bisa menghindarinya," Hikaru
tersenyum misterius, "Hal menarik memang selalu rumit."

"Aku harap putrimu segara menemui ajalmu, Terumi!" ujar Mikoto dendam.

"Tidak! Putriku pasti selamat!" teriak Mei tak kalah sengit.

"Riwayat hidupmu akan segera berakhir. Aku sudah mengirim semua bukti percobaan
pembunuhan yang kau lakukan padaku dan semua kejahatanmu kepada polisi. Kau hanya tinggal menunggu waktu. Sekretaris Kagami sudah mengakui semua perbuatanmu. Kau sudah
berakhir. Sasuke mari kita pulang." Mikoto meninggalkan mereka.

Fugaku meminta penjelasan dari istrinya. Dari jauh Obito menatap Sasuke sedih.

'Niisan ... maafkan aku. Aku egois, tapi sebagai kakak aku ingin Rin selamat'.

🌻🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Persalinan Hinata kini tinggal menghitung hari, dokter menyarankan agar ia banyak bergerak seperti berjalan kaki setiap pagi dan sore. Ditemani Sasuke, saat ini mereka berada di taman kota dan sedang duduk di bangku di dekat air mancur.

Sasuke mendekatkan kepalanya pada perut Hinata yang buncit itu. "Aiko-chan ..." sapanya dengan penuh kasih sayang. Hinata tersenyum melihat kelakuan suaminya jika seperti itu. Dibelainya perut yang hampir meletus itu, "tendang ibumu, Aiko-chan ..." Sasuke dan seperti tahu apa yang diperintahkan sang ayah, bayi di dalam perut Hinata itu menendang. Tentunya Hinata meringis kesakitan. Sasuke terpingkal-pingkal melihat gerakan cukup keras pada perut istrinya.

"Aiko-chan, jangan lakukan itu, ibumu kesakitan." Dibelainya perut itu sejenak tapi sepertinya si Aiko kecil itu tak mau mendengar perintah ibunya karena itulah sekali lagi ia menendang di dalam perut ibunya yang membuat Hinata
memekik kesakitan.

"Dia tidak akan menurut pada ibunya karena dia lebih menurut pada ayahnya." Sasuke tersenyum, dibelainya perut itu sekali lagi. "Anak ayah yang cantik tenang ya, lihatlah ibumu mulai cemberut."

Ajaib. Bayi itu menjadi diam mendengar perintah Sasuke.

Tiba-tiba saja datang seorang wanita bertubuh sangat lebar. Wanita baya itu duduk dihadapan mereka sambil membawa camilan. Mulutnya
masih sibuk mengunyah coklat di tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang
berbagai camilan.

Mereka berdua menatapnya tak berkedip. Terlebih Sasuke karena dia punya trauma sendiri
pada orang yang berbobot tak normal seperti di hadapannya kini. 'Ya Tuhan ... kuda nil-kah dia? Kenapa mulutnya tak mau berhenti makan?' Sasuke terus menatapnya tanpa kedip. 'Dengan tubuh sebesar itu dia telah menghabiskan satu tempat duduk yang umumnya ditempati empat orang. Astaga, kepalaku ....'

Merasa diperhatikan wanita gemuk itu balas menatapnya sambil tersenyum. Mungkin ia
sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu dari orang-orang sekitarnya. "Istrimu sedang hamil anak ke berapa?"

"Pertama," jawab Sasuke kaku.

Lagi-lagi wanita itu tersenyum. "Aku dulu seperti dia. Tubuhku sangat seksi saat remaja, Ya ...
seperti artis Senju Shizuka itu."

'Enak saja menyamakan dirinya dengan Shizuka! Apanya yang sama.' Sasuke menautkan alisnya. Meski Shizuka mantan pacar sekaligus cinta pertamanya, ia tak rela jika wanita gemuk itu mengaku mirip mantannya yang seksi.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now