[45] - Sad Tears

880 101 12
                                    

Sasuke berlari menuju rumah kontrakannya. Napasnya keluar masuk dari tenggorokannya dengan kasar. Ketika dia membuka pintu itu, ia dikagetkan dengan keadaan rumahnya yang berantakan.

"Sayang ... kau di mana?" tanyanya sambil menghidupkan lampu. Tak ada siapa pun. Rumahnya sepi, ia mencari istrinya di seluruh rumah, tapi tetap saja Hinata tidak ada.

"Sasuke, Hinata dibawa ke rumah sakit. Nenek Chiyo dan Gaara yang menjaganya." Tiba-tiba Sasori berdiri di belakangnya. Ia berdiri dengan wajah pucat.

"Apa yang terjadi?" tanya Sasuke mulai tak nyaman dan panik. "Apa rumah kami kemasukan perampok?"

Sasuke hanya bungkam, bagaimana mungkin dia bercerita hal yang menimpa Hinata pada pria di depannya ini. "Sebaiknya kau lihat sendiri keadaan istrimu."

Mendadak Sasuke jadi takut, apa yang terjadi? Ia menerka-nerka. Rampok? Tapi untuk apa? Ia bahkan tak memiliki uang banyak untuk dirampok, ia bukan Uchiha Sasuke yang memiliki segudang uang. Ia juga bukan lagi Sasuke si manusia kaya mengingat semua aset kekayaannya ia berikan kepada Naruto. Pria itu akhirnya mengikuti Sasori ke rumah sakit. Mereka pergi dalam keadaan diam di keheningan malam.

Langit di luar semakin kelam, menyisakan semilir angin yang berhembus pelan, dinginnya menusuk pori hingga ke tulang. Dinginnya malam mulai merangkak, bulan dan bintang bahkan enggan sekadar muncul sesaat berganti awan hitam pekat yang menyelimuti kota Busan malam itu. Suna uang terkenal akan teriknya matahari kini berubah mendung.

🌻🌻 Three Blood 🌻🌻

Rumah sakit Suna.

Sasuke menunggu cemas kabar dari dokter yang menangani keadaan istrinya. Nenek Chiyo, Gaara dan Sasori hanya bisa diam tak mau bicara. Ketika dokter itu keluar dari kamar 221 itu, ia meminta Sasuke menemuinya di ruangan pribadi sang dokter.

Pria itu semakin khawatir, otaknya terus bertanya apa yang sudah terjadi sebenarnya. Di luar hujan mulai turun.

Kini mereka duduk saling berhadapan. Dokter itu menatap wajah Sasuke iba.

"Apa yang terjadi dokter?" tanya Sasuke yang sudah tak bisa menahan perasaannya. Petir mulai menyambar seperti mencari mangsa. Suasana semakin mencekam.

Dokter itu menatap Sasuke datar sekaligus iba. "Nyonya Uchiha ... mengalami pendarahan," ujarnya datar.

"Pendarahan?" Sasuke mengulang kata itu terkejut. 'Apa mungkin Hinata mengalami keguguran?'

"Nyonya Uchiha ... mengalami trauma yang berat. Karena pendarahan itu diakibatkan pemerkosaan."

Jeddyarr!!

Sasuke terdiam kaku. Saat ini kepalanya seperti disambar petir tepat di tengah-tengah. Ia tak bisa menjelaskan lagi bagaimana perasaannya saat ini. Istri yang dia cintai diperkosa pria lain.

"Tuan Uchiha,"

Sasuke tetap diam. Tangannya mengepal kuat. Bajingan mana yang sudah membuat Hinata seperti itu. Ia berdiri lalu beranjak dari ruangan dokter tadi. Langkahnya gontai. Dadanya serasa meledak, jantungnya seperti hancur tak berbentuk. Sakit sekali. Ibarat diberi hukuman Tuhan, ia seperti dihukum memakan buah 'Zaqqum'. Buah paling mengerikan yang diyakini tumbuh di dalam neraka.

Pria itu menatap nanar keadaan sang istri tercinta yang terbaring tak sadarkan diri. Bukan hanya hatinya yang hancur, tapi menara kebahagian yang baru dibangunnya bersama Hinata kini hancur lebur. Sanggupkah ia menjalani kehidupan ke depannya? 'Sayang ...'

"Sasuke ...." panggil Gaara sembari menyentuh pundaknya iba.

Sasuke tak menoleh, air mata pria itu mulai menganak sungai. Mendadak ia berlari keluar dari rumah sakit itu. Ia menerobos jatuhnya air hujan yang turun dari langit. Ia tak peduli tubuhnya basah akibat guyuran air hujan itu. Ia berlari terus tanpa arah.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang