[26] - Iblis dari Suna

1.3K 184 27
                                    

Bos para preman itu menatap Sasori sesaat lalu matanya menyapu habis setiap sudut
tempat itu. Tatkala matanya bertemu dengan mata nenek tua bernama Chiyo itu, ia tersenyum ramah meski sebenarnya menakutkan. "Aku dengar kedai mi Merah ini sangat enak, makanya aku dan anak buahku mampir kemari untuk makan," ujarnya sopan pada nenek Chiyo yang tadinya sudah mau pingsan. Nenek tua itu mengangguk, Sasori mengusap dadanya pelan.

Lelaki itu tertawa lalu mengomandani anak buahnya agar duduk manis. "Semuanya, kita makan besar sekarang!"

"Siap, Bos!!" jawab mereka serempak.

Sasuke menghela napas lega. Dia pikir mereka akan memporak porandakan tempat itu. Ketika
dia meneguk minumannya, matanya bertemu pandang dengan bos preman tersebut. Mata garang yang tersenyum manis meski terlihat menakutkan. "Hei, jangan memandang kami seperti itu! Kau menakuti calon bayi kami!" teriak Sasuke.

"Hahaha ... maaf ... aku tak bermaksud seperti itu. Baiklah aku tak akan menatap kalian lagi. Silahkan menikmati."

Di dapur Sasori dan nenek Chiyo sibuk sekali. Mereka tidak ingin bertanya, 'kenapa? apa yang terjadi?' Yang penting hari ini mereka kedapatan pesanan lebih dari biasanya.

Sasori tersenyum. 'Maaf Gaara, kupikir kau berulah lagi.' Tangannya sibuk mengolah mi di kuali besar.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Flashback

Dak! Sebuah kayu dipukul ke kepala Gaara. Kayu itu patah, tapi yang dipukul malah santai. Senyum evil menghias wajahnya.

"Kurang ajar! Beraninya kau meremehkanku!" teriak bos preman itu gemas, "hajar dia sampai mati!" Lanjutnya lantang.

Detik-detik selanjutnya Gaara diserbu gerombolan preman. Dari jauh pria rambut merah itu hanya tersenyum santai seolah ia baru menemukan mainan baru. Dia menyentuh bagian kepalanya yang tadi dipukul lalu dengan sigap ia menyerang balik para preman itu.

Terjadilah perkelahian yang begitu dahsyat. Perkelahian yang tak pernah disangka sebelumnya. Mereka tak pernah tahu kalau yang mereka hadapi itu adalah ahli bela diri Karate pemegang sabuk hitam tingkat Jepang. Si Tinju Iblis dari Suna.

Meski dua puluh banding satu tapi kenyataannya dua puluh orang itulah yang terkapar tak berdaya melawai setan bernama Gaara. Pria merah itu sendiri sama sekali tak terluka meski tadi kepalanya dia dipukul keras dengan kayu oleh salah seorang dari mereka. Kepala Gaara baik-baik saja seolah kepala itu tercipta dari batu giok yang tak bisa dipecahkan begitu saja.

Gaara berjalan santai ke arah bos mereka yang hampir kencing di celana, begitu melihat dirinya yang sudah tak mungkin lagi berdiri. Tubuhnya sakit sekali.

"Hei kau ...."

"Maafkan aku ... aku mohon jangan bunuh aku ... huhuhu ...." Mendadak lelaki bertampang
seram itu menangis sambil memegang kaki Gaara. Tentu saja pria itu kaget bukan main melihat lelaki itu seperti anak kecil yang akan dipukul ibunya.

"Hei, Paman lepaskan!"

"Tidak mau! Kau harus berjanji dulu tidak akan membunuhku, baru aku lepas," ujarnya ngotot.

Gaara menghela napas kasar. "Paman ... aku ini mau mengambil baki nampan yang kau duduki itu.
Itu baki nampan kesayangan nenekku. Menyingkirlah," ujar Gaara sebal. Lalu ia mengambil benda itu.

"Kau tak jadi membunuhku?"

Gaara menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya Paman itu siapa sampai harus aku bunuh? Kalau pun aku membunuh Paman tidak akan ada yang membayarku. Asal
Paman tahu, jika ada yang membayarku satu milyar won untuk membunuhmu ... " Gaara
tersenyum menyerigai.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Where stories live. Discover now