1

16.3K 732 11
                                    

Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah minimalis yang memiliki pemandangan asri dengan bunga dan pepohonan di halaman rumah.

Tampak seorang lelaki berusia sekitar dua puluh satu tahun keluar dan membuka jok mobil lalu mengeluarkan koper dan barang lainnya. Sementara perempuan yang berusia sembilan belas tahun hanya takjub melihat apa yang ada di depannya kini.

"Ini rumah siapa?" tanya perempuan itu.

"Rumah kita, Dek," jawab lelaki itu seraya menarik koper menuju pintu rumah.

"Aira, kenapa masih di sana? ayo masuk," panggilan lelaki itu membuyarkan lamunan Aira dan bergegas mengangkat barang lalu ikut masuk bersama lelaki itu.

Aira mengamati isi rumah yang ditata begitu apik dan modern. Rumah itu tidak terlalu besar, dengan setiap ruangannya memiliki fungsi tersendiri. Di dinding sudah terpajang buku-buku bacaan ringan yang diletakkan di atas rak yang berbentuk cabang pohon, dimana setiap daunnya tertata beberapa buku. Di sana juga ada satu kursi sofa dengan meja kecil di depannya.

Kemudian ia melirik ke ruang keluarga dimana ada satu sofa dan karpet bulu terbentang di depannya. Tak jauh dari sana ada televisi yang menghadap sofa tersebut.

Di ruang makan hanya ada meja makan berbentuk persegi panjang dengan melekat langsung ke dinding, sementara dua buah kursi berada di pinggirnya. Dapur dan segala peralatannya diletakkan dengan begitu rapi, sehingga sedap dipandang mata walaupun ruangannya tidak terlalu luas.

Sebuah ruangan dimana di pintunya terdapat tulisan "Pintu Surga dan Jendela Ilmu" membuat Aira penasaran, sehingga ia memasukinya. Ternyata di dalamnya terdapat rak buku, penuh dengan tatanan buku-buku tebal dan tertata berdasarkan jenisnya, lalu di sana ada buku-buku tentang Manajemen yang diperlukan Ari, juga dirinya nantinya. Ada juga sebuah rak yang diberi nama 'Spiritual' penuh dengan berbagai model Al-Qur'an, kitab-kitab, dan buku-buku Islami.

Ternyata ruang itu dibagi menjadi dua bagian, selain sebagai perpustakaan mini, rupanya di sebelahnya, dibalik tirai itu ada tempat beribadah. Terasa sangat adem sekali siapapun yang mendatanginya, ada lemari kaca untuk menaruh peralatan shalat. Di dinding terpajang peci, tasbih, ada juga Al-Qur'an di sana.

Aira menuju jendela dari ruangan itu, ternyata dibalik jendela menampilkan halaman yang sudah ada beberapa tanaman dan gubuk bambu. Sepertinya begitu nyaman jika sore-sore duduk di sana seraya menikmati tanaman.

"Semoga kamu betah. Kamu harus ingat, aku memiliki banyak kesibukan, ku harap kamu bisa mengerti. Satu lagi, aku juga punya beberapa peraturan dan aku nggak suka di bantah. Jadi kamu harus mematuhi dan menuruti setiap permintaanku, apapun itu," jelas lelaki itu dengan menatap retina istrinya lekat. Sang istri terlihat sedikit takut dengan kalimat suaminya.

Apapun itu?

Mereka baru saja menikah seminggu yang lalu. Setelah akad nikah dan resepsi, Ari langsung pulang dengan alasan sibuk menyusun skripsi.

Aira masih mengingat dengan jelas, Ari sama sekali tidak menghiraukannya pasca pernikahan mereka.

"Aku pulang ya," kata Ari setelah makan malam di rumah Aira. Suasana di rumah sudah sedikit sepi karena tamu yang datang ke resepsi sudah pulang semenjak sore.

"Pulang? tidak ingin nginap?" tanya Aira.

"Kenapa? karena ini malam pertama?" Ari tersenyum sinis. "Aku harus pulang. Ada banyak kerjaan, aku lagi sibuk-sibuknya sekarang," balas Ari dan segera keluar dari kamar yang sudah dihias cantik dengan aroma mawar itu.

Manajemen Rumah Tangga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang