2

8.6K 592 57
                                    

Hari demi hari berlalu, pernikahan mereka berjalan dengan begitu saja. Aira bahkan merasa sedikit tertekan dengan peraturan yang dibuat oleh suaminya itu.

"Ini target yang harus kamu capai," kata Ari setelah mendudukkan bokongnya di kursi dibalik meja makan. Ia mengeluarkan kertas yang berisi bucket list yang harus diterapkan Aira.

Aira yang baru saja menyelesaikan acara masaknya untuk sarapan itu segera mendekat dengan menyodorkan teh hangat kepada sang suami. Ari sudah memperingatkan Aira untuk selalu menyiapkannya teh atau susu setiap pagi.

Aira duduk disebelah suaminya lalu meraih kertas itu. Ia membelalakkan matanya ketika membaca apa yang tertera di sana.

BUCKET LIST

1. Baca Al-Qur'an 1 day 1 juz.

2. Hafal Al-Qur'an 1 day 1 surah dimulai dari juz 30.

3. Hafal vocab bahasa Arab dan Inggris masing-masing minimal 5 kata.

4. Belajar dan mengerjakan tugas kuliah ketika malam hari sampai jam 11 malam.

5. Membaca buku tiga halaman.

6. Menjaga rutinitas sholat Dhuha dan Tahajjud.

7. Jika salah satu dari peraturan tidak terlaksana atau dilanggar maka akan lahir peraturan baru.

"Seriously? aku harus mengerjakan semua ini setiap hari?" tanya Aira tak percaya. Bagaimana bisa suaminya menghukumnya dengan peraturan seperti ini.

"Kenapa? mau nambah?" tanya Ari seraya menyeruput tehnya.

"Mana bisa? ini banyak sekali.. belum lagi harus melayani suami.." lirih Aira seraya menggeser kertas laknat itu menjauh darinya.

"Kamu harus pintar dalam memanage waktu. Semua pasti akan berjalan dengan lancar. Lagian kamu juga udah sering seperti itu kan, selama di asrama?"

"Iya, tapi 'kan beda. Daya ingat aku juga gak terlalu kuat, kayaknya aku nggak sanggup menghafal Al-Qur'an dalam satu hari deh,"

"Aku nggak mau tahu. Terserah gimana caranya kamu belajar biar cepat bisa, mau nonton di YouTube atau apapun itu, pokoknya selesai subuh aku setor hafalan dan bacaan kamu,"

Aku istri kamu, bukan santri kamu!!!

Ingin sekali Aira berteriak kepada suaminya itu, tapi ia takut jika Ari akan menambah hukuman terhadapnya.

"Ingat! peraturan itu dimulai dari hari ini. Kamu harus rajin belajar untuk mengejar ketertinggalan kamu selama kecelakaan semester lalu. Jadi nggak boleh ngeluh. Soal hafalan, kamu harus bisa minimal juz 30 biar nanti kalau kita punya anak bisa kamu ajarin,"

"Kan Abang hafidz?"

"Aku nggak sempat. Perempuan itu madrasatul ula untuk anak-anaknya, jadi kamu harus serba bisa. Satu lagi, aku mau anak kita nanti bisa bicara bahasa asing sejak kecil," jelas Ari.

"Gimana mau punya anak kalau kita aja belum pernah.."

"Semua akan punya anak pada waktunya," balas Ari cepat. Ia mencoba menangkal Aira yang ingin mengatakan bahwa Ari sampai saat ini belum pernah menyentuhnya.

"Ya setidaknya ada usaha,"

"Makanya kamu usaha buat belajar yang rajin dulu, kita sama-sama fokus kuliah dulu," ujar Ari lalu beranjak ke kamar untuk kembali melanjutkan skripsinya. Ia tidak mau berdebat lebih lanjut, ia takut jika Aira akan meminta haknya padahal ia belum siap.

Malam ini seperti biasanya Ari mengajar di pesantren yang tak jauh dari rumahnya. Pesantren Az-Zikri bagaikan rumah kedua baginya, ia sudah memasuki pesantren tersebut ketika SMP dan setelah tamat SMA ia dipercaya menjadi pengajar di sana.

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now